Mohon tunggu...
Lini Zurlia
Lini Zurlia Mohon Tunggu... -

Perempuan berdarah Jawa-Sumatera, pecinta perdamaian, pendamba kesetaraan relasi maskulinitas vs feminitas. Kesemuanya menjadi impian yang tak berkesudahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Terbuka: Teruntuk Calon Kekasih Hatiku

21 Januari 2014   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hy kamu...

Perkenalan singkat yang membuat kita kian lekat satu sama lain

Memunculkan harap agar tak secepat kilat pula tiba pada ujung jalan buntu

Mungkin aku mempesona dengan pandangan mata yang tajam yang terkadang menghujam

Mungkin juga aku nampak seperti perempuan cerdas, mandiri dan dewasa

Mungkin juga aku terlihat begitu menarik secara seksual

Semua kemungkinan itu yang membuatmu tertarik dan kemudian kita saling tertarik bagai kutub positif negatif pada magnet.

Tapi...

Mungkin juga itu hanya ketertarikan yang muncul sesaat

mungkin juga karena tiba-tiba sosok ku muncul pada saat lorong hatimu belum terisi

mungkin juga aku demikian halnya

kemungkinan selalu saja muncul, dalam dan pada kondisi apapun

hy kamu, Perempuan tampan pemilik sunggingan senyum nun manis, Calon Kekasih hatiku...

belum genap 10.080 menit kebersamaan kita

meski koneksi hati kita senantiasa menguat pada tiap detiknya

tapi aku ragu, jangan-jangan ternyata kita akan menyongsong jalan buntu

Calon kekasih hatiku yang tampan nun jelita...

Tahukah kamu?

Aku agak sedikit keras kepala

Pernah kau sampaikan melalui bisikanmu lamat-lamat ke telingaku ‘sejujurnya aku tak menyukai perempuan perokok, suka mengenakan pakaian minimalis, menyukai alkohol dan bertatoo’. Demikian bisikmu pagi itu, sambil diiringi bunyi rintik rinai hujan yan masuk melalui celah jendela kamar dimana kita berbaring bersama, merebah hasrat dalam pelukan.

Sambil sedikit mengerenyit aku sampaikan protes ‘aku penyuka pakaian minimalis, aku penikmat nicotine, juga sesekali sedikit memanjakan lidah dengan alkohol dan sedang berencana mengukir goresan tanda simbol perlawanan perempuan dalam tatoo di bahu belakangku’. Demikian jawabku...

Aku mulai ragu, jangan-jangan kita akan menuai jalan buntu

Calon kekasih hatiku tahukah kamu?

Pakaian minimalis yang ku kenakan adalah bentuk dari pembrontakan dari munculnya banyak faham tentang pembungkusan tubuh perempuan, tubuh anugrah Tuhan yang indah nian.

Nicotine yang acap ku hisap disaa-saat penting bagiku, adalah juga simbol perlawanan pada anggapan buruk orang terhadap perempuan penyuka keretek, padahal Indonesia pemiliki tembakau yang paling nikmat, dan kami kaum perempuan dilarang menikmatinya karena kami perempuan.

Alkohol yang sesekali kunikmati untuk memanjakan lidah itu, bukan karena aku kalap dan menikmatinya untuk kesenangan semata, tapi hanya untuk meikmatinya saja sambil bincang-bincang membicarakan hal-hal yang dengannya menjadi tak ada dinding pembatas.

Tatto yang sedang kusiapkan untuk segera ku ukir pada bahu belakangku juga ingin ku buat sebagai bentuk dari perlawanan.

Semua pilihan yang ku pilih itu, atas nalar yang sangat rasional. Menjadikannya sebagai  media ekspresi perlawanan, bukan karena aku ingin menjadi sok kece, sok cool atau biar terlihat gaul ala-ala ABG era ini



Hy kamu calon kekeasih hatiku

Semoga saja aku bisa membuatmu memahami apa dan siapa aku

Tak salah jika kau menginginkan kekasih hati yang baik menurut idea mu

Juga tak salah jika kau tiba-tiba jatuh hati pada sosok perempuan yang penuh perlawanan

Pun juga aku

Aku jatuh hati padamu karenamu yang berhati lembut

Tapi aku tak ingin kelembutanmu menolak perlawananku

Aku jatuh hati pada sikapmu yang penuh dengan adegan romantis

Aku menyukai caramu membisikkan keinginanmu pada dinding telingaku

Tapi aku tak suka jika bisikan itu berupa penolakan atas perlawananku

Aku jatuh hati pada caramu menyanjungku

Tapi jangan kau selipi sanjunganmu dengan memintaku agar aku tak lakukan perlawanan lagi

Aku jatuh hati pada caramu yang mampu berkompromi pada kerasnya realita hidup

Tapi jangan kau mintai aku untuk juga ikut melakukan kompromi pada realita hidup

Arie, calon kekasih hatiku..

Kau jatuh cinta pada perempuan yang tak berwajah cantik

Kau tak jatuh cinta pada perempuan anggun yang manut

Kau sedang tak jatuh cinta pada perempuan baik yang ada pada idea mu

Kau jatuh cinta pada perempuan yang keras, mungkin lebih dari kerasnya batuan lubuk sungai atas sebuah perlawanan

Melalui surat terbuka ini Arie,

Semoga kau menyadarinya dengan segera

Semoga kita bisa saling memberikan penghargaan atas prinsip kita satu sama lain

Semoga kita saling mencintai atas perbedaan yang kita miliki satu sama lain

Semoga kita saling mencintai masing-masing kita

Tidak memaksanya menjadi satu kesatuan

Hingga kita tak menemui jalan buntu

Begitulah cinta

I Love Us

15.47

Menteng, 21 January 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun