Mohon tunggu...
lin istianah
lin istianah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Yuk saling sharing pengalaman. Saya guru PAUD dari Pamekasan Madura

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Memberikan Hadiah dan Hukuman pada Anak

2 April 2017   18:10 Diperbarui: 4 April 2017   18:04 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengembangkan dan membina karakteristik anak, seorang guru harus memberikan hukuman dan hadiah yang adil sesuai perilaku seorang anak. Bagi anak yang aktif, berprertasi, berperilaku baik dan melakukan hal-hal yang positif, hendaknya sekali-kali kita perlu memberikannya hadiah.

Hadiah, bukan hanya berupa benda ataupun material, tetapi bisa dalam bentuk kata-kata ataupun pujian. Seorang guru yang memberikan pujian dan ucapan-ucapan yang menyejukkan hati anak, itu akan membuat anak senang, membantu dan mendorong anak untuk semangat dalam melakukan berbagia kegiatan belajar atau bermain.

Seorang anak sangat membutuhkan kata-kata pujian dari seorang, baik itu gurunya, orang tuanya ataupun orang-orang sekitarnya.  Memberikan pujian dan penghargaan atas kegiatan positif yang telah anak lakukan, walaupun kegiatan yang anak lakukan belum berhasil dengan baik, guru harus tetap mendorong agar mereka semangat, dengan memberikan pujian yang penuh kasih sayang.

Pujian yang wajar atau kata penghargaan yang diucapkan dengan tepat akan mempunyai peranan penting bagi anak, anak lebih senang pada kegiatan menggambar bebas yang tidak membosankan, tetapi hasilnya akan ada yang bagus karena dia memang berbakat, dan bahkan ada yang hanya coret-coretan, sebagai seorang guru harus memmberikan pujian dengan kata-kata yang akan membuat anak bersemangat untuk menggambar lagi, sehingga akhirnya mereka akan terus menggambar. Sampai gambar mereka akan menghasilkan gambar yang indah karena adanya motivasi dan dorongan dari sekitarnya.

Tetapi, bagi anak yang banyak melakukan penyimpangan, guru juga sekali-kali perlu memberikan hukuman. Tetapi hukuman yang diberikan harus sesuai dengan penyimpangan yang anak lakukan, agar mereka mengerti mengapa ia diberi hukuman. Dalam memberikan hukuman, guru hendaknya menghindari hukuman fisik, menghindari pemaksaan dan menghindari kekerasan. Karena, hukuman fisik, pemaksaan dan kekerasan akan menimbulkan hal negatif dan trauma yang akan berdampak negatif pada perkembangan anak.

Pemberian hukuman ini cukup dengan menegur anak. Teguran merupakan suatu peringatan terhadap perbuatan-perbuatan anak yang dianggap salah. Setiap orang pasti pernah menegur orang lain, apalagi pada anak usia dini karena, pada usia anak dini mereka belum mengerti dan memahami mana perbuatan yang boleh dan yang tidak boleh mereka lakukan. Guru atupun orang tua pasti pernah memberikan teguran kepada anak-anaknya karena mereka bermain kotor-kotoran, hujan-hujanan, mencoret-coret dinding, bahkan berkelahi dengan temannya.

Teguran harus dilakukan dengan tepat, dengan bahasa dan kata-kata yang halus. Karena, teguran yang kurang tepat akan membuat anak menangis dan marah, karena anak sudah memiliki rasa malu, apalagi jika anak di tegur didepan umum dan di depan teman-temannya. Guru harus mendekati anak, dan memberikan teguran yang halus kepada anak, dan langsung mengatakan apa hal yang tidak boleh mereka lakukan lagi, agar anak tidak mengulangi lagi perbuatan yang salah itu lagi.

Setiap pribadi dan sifat anak berbeda-beda, bahkan ada anak yang tidak mempan bila diteguar dengan halus. Misalnya anak yang nakalnya luar biasa di dalam kelas, suka jahil kepada temannya, suka memukul temannya. Anak yang nakal disekolah berhubungan dengan perlakuan orang tua di rumah. Seperti anak yang sering diperlakukan kasar oleh orang tuanya akan bersikap kasar terhadap temen-temannya di sekolah. 

Sebagai seorang guru harus bisa menempatkan dirinya yang sesuai pada kegiatan yang anak lakukan, dan harus bisa bersikap adil agar perkembangan yang anak lalui bisa bertahap secara sempurna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun