Mohon tunggu...
Lintang Herdina
Lintang Herdina Mohon Tunggu... -

quirky smile, warm heart

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Festival Film Dokumenter Se-ASEAN, 16-18 November

16 November 2012   04:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:15 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin jarang-jarang ya, muncul sebuah film yang bisa menggugah perasaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Tapi percaya atau tidak, sebuah film berjudul "Supersize Me" pernah membuat warga Amerika sadar akan bahaya dari fastfood. Berbondong-bondong mereka meninggalkan McD (yang sama pentingnya seperti warteg bagi masyarakat Indonesia). Film "Inconvenient Truth" bahkan lebih dahsyat lagi. Jutaan orang di seluruh dunia mendadak jadi melakukan aksi nyata untuk memperlambat laju global warming; meski aksinya tersebut hanya sesederhana mematikan perangkat elektronik yang sudah tidak dipakai. Mungkin sejak lama kita sudah tahu bahayanya junkfood, sama seperti kita tahu betapa pentingnya menghemat energi (listrik). Tapi baru setelah menonton film-film itulah masyarakat mau berbuat sesuatu untuk terhindar dari ancaman bahayanya. Baik "Supersize Me" maupun "Inconvenient Truth" sama-sama film dokumenter. Sebuah genre yang kurang populer, namun punya efektivitas dalam menyampaikan pesan ajakan.

Membuat demam dokumenter adalah tujuan dari festival "Screen Below The Wind" yang digelar 16-18 November 2012 di Ubud, Bali. Tidak hanya film, foto dokumenter juga mendapat posisi sebagai bintang utama di acara ini. Selain di Indonesia, diharapkan demam dokumenter ini akan berlangsung se-Asia Tenggara. Oleh karena itulah para pembicara yang hadir di acara ini terdiri dari para film maker/fotografer dari berbagai negara tetangga kita seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dll. Untuk peserta festivalnya, ditujukan bagi kalangan luas: para pekerja pembuat film dokumenter, fotografer, produser, sekolah film, stasiun TV dan berbagai pemangku kepentingan. Kontingen dari Indonesia diisi oleh nama-nama beken seperti sutradara Riri Riza dan dipimpin oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Asia Tenggara sejak dulu telah menghasilkan karya dokumenter baik foto esai dan film yang menceritakan keberagaman kekayaan akan produk budaya masyarakat Asia Tenggara, terutama pada 20 tahun terakhir ini. Dan seharusnya jumlah karya-karya tersebut bisa lebih baik lagi di sisi kuantitas dan kualitas. Sebab membuat karya dokumenter kini tidak semahal 10 tahun lalu dan menjelajahi lokasi menarik dengan keberagaman budaya tidak membutuhkan biaya yang mahal. Hal ini didukung perekonomian Asia Tenggara yang jauh lebih stabil memungkinkannya menjadi kawasan yang sangat menjanjikan untuk sebuah produksi karya dokumenter. Sayangnya, masyarakat Asia Tenggara sendiri masih belum menyadari betul potensi dari film dan foto dokumenter. Untuk mempromosikan wisata daerahnya, mereka masih terpaku membuat iklan. Padahal iklan hanya menciptakan ketertarikan lewat visual yang indah. Namun lewat dokumenter atau esai yang durasinya lebih panjang, penonton akan bisa (seolah) merasakan langsung betapa menakjubkannya gunung dan pantai, atau serunya berbagai wahana wisata dan petualangan menuju lokasi-lokasi eksotis. Dokumentarian di kawasan Asia Tenggara telah menghasilkan karya yang bagus namun hasil dokumenter belum diingat sebagai sebuah karya yang menarik dan bisa dinikmati. Semoga festival Screen Below The Wind mampu menjadi tonggak awal dari maraknya demam dokumenter di Asia Tenggara, bahkan di seluruh dunia. Untuk info lebih lanjut bisa cek situsnya: http://screenbelowthewindfest.net/ atau bisa juga facebooknya di https://www.facebook.com/sbwfest *gambar/banner festival Screen Below The Wind diambil dari situs http://screenbelowthewindfest.net/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun