Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Buruh - Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Positif Pelabuhan Marunda untuk Pertumbuhan Ekonomi

27 Mei 2019   12:15 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:17 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.phillyrecord.com

Pelabuhan merupakan salah satu prasarana transportasi yang cukup penting bagi sebuah negara, terutama pada negara maritim seperti Indonesia. Dalam bidang ekonomi, pelabuhan juga memiliki beberapa fungsi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara. Menurut R. Bintarto melalui buku Beberapa Aspek Geografi (1968), dalam segi kepentingan suatu daerah pelabuhan memiliki arti ekonomis yaitu karena pelabuhan mempunyai fungsi sebagai tempat ekspor impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang saling berhubungan sebab akibat.

Sebagai negara kepulauan peranan pelabuhan dalam pergerakan aliran barang di dalam negeri memegang peranan penting. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, tetapi juga sebagai wahana untuk mengantarkan hasil produksi pertanian, pertambangan dan industri agar dapat digunakan dan dipasarkan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan adanya kegiatan di pelabuhan, maka keuntungan secara ekonomi yang langsung dapat dirasakan adalah terbukanya banyak lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Di samping itu masih ada perpajakan dan cukai, yang diperoleh dari kegiatan ekspor impor. Abdul Haris, Kasubdit Pertanahan -- Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas pernah mengungkapkan pelabuhan berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia. Antara lain peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta peningkatan kemakmuran masyarakat sekitar. Tak terkecuali Pelabuhan Tanjung Priok. 

Menurut Soedjono Kramadibrata (Perencanaan Pelabuhan; 1985), Pelabuhan Tanjung Priok sebelum 1970 tidak dapat beraktivitas dengan baik akibat fasilitas yang tersedia pada pelabuhan tersebut tidak sebanding dengan padatnya lalu lintas kapal yang bongkar muat di pelabuhan itu. Setelah pembangunan fasilitas pelabuhan dimulai, dan pada data saat masih baru dalam proses pembangunan (1970-1980), perkembangan kegiatan ekonomi (bongkar muat barang -- barang impor) naik sebesar 8,77% per tahun.

Sampai dengan saat ini, presentase volume ekspor impor Indonesia terbesar saat ini masih melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan menjadi transhipment port, pelabuhan tersebut telah efektif menurunkan biaya logistik. Persinggahan langsung kapal berkapasitas besar di pelabuhan tersebut sangat penting bagi perekonomian nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari lima pelabuhan utama Indonesia (Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, dan Makassar), ekspor terbesar pada 2017 melalui Pelabuhan Tanjung Priok dengan persentase volume 43,91% dan nilai 61,0%. Sementara itu, volume impor melalui priok pada 2017 mencapai 36,7 juta ton, jauh jika dibandingkan dengan pelabuhan lainnya di Indonesia. Secara total volume impor melalui pelabuhan pada periode yang sama mencapai 160,7 juta ton. Itu berarti Priok menopang sekitar 22,8 % barang impor yang masuk ke Indonesia melalui jalur laut.

Meskipun dalam beberapa tahun terakhir volume impor jauh lebih besar dibandingkan dengan ekpornya, namun kegiatan yang muncul di perubahan secara tidak langsung juga menggerakkan roda perekonomian. Tenaga kerja manusia seperti kuli (untuk mengangkat barang -- barang), pengatur lalu lintas pelabuhan (terutama pengatur lalu lintas kendaraan yang akan masuk ke kapal), dan petugas kebersihan pelabuhan masih berkontribusi menggerakkan kegiatan konsumsi sebagai penggerak ekonomi beberapa tahun terakhir.

Jika saja operasional pelabuhan tanjung priok lebih efektif lagi, maka tentunya kontribusi yang dapat diberikan oleh Tanjung Priok bisa jauh lebih besar. Keberadaan pelabuhan Marunda pun terbukti dapat memangkas waktu dwelling time Priok sehingga dapat melayani lebih banyak kapal untuk bersandar. Arus barang setelah Pelabuhan Marunda beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok sejak 2007-2011 tumbuh rata-rata 6,14 persen per tahun, yang pada 2011 saja, arus barang mencapai 74.989.804 ton.

Tak hanya menyokong Tanjung Priok, PT Karya Citra Nusantara (KCN), sebagai pemegang konsesi atas Pelabuhan Marunda juga mencatatkan kontribusi langsung untuk negara sebesar Rp 28 miliar pada 2018. Padahal, pelabuhan tersebut baru beroperasi sepanjang 800 meter dari total 5.350 meter. Dengan dasar hitungan kontribusi yang telah negara terima dari KCN pada 2016-2017, Direktur National Maritime Institute Siswanto Rusdi memperkirakan total potensi kontribusi KCN kepada negara apabila seluruh dermaga Pier I,Pier II dan Pier III beroperasional mencapai Rp200 miliar per tahun.

Negara seharusnya sadar, meskipun nilainya jika dibandingkan total PDB tidak terlalu besar, ada pertumbuhan yang bisa diakselerasi oleh beroperasinya Pelabuhan Marunda secara penuh. Secara tidak langsung Pelabuhan Tanjung Priok dapat melayani lebih banyak kapal yang bersandar sehingga meningkatkan nilai ekspor dan impor. Belum lagi dengan kontribusinya secara langsung melalui pembayaran kepada negara.

Sumber:  jppn ; kontan ; bps

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun