Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Buruh - Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tatto Salib Cawagub Banten dan Nilai Islam

22 Desember 2016   13:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 11770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isengnya Ahok nyindir orang-orang yang jualan agama untuk hadang dirinya melanjutkan pimpin DKI di periode kedua, jadi masalah besar. Gaya Ahok yang nyeleneh dan ceplas-ceplos benturan keras dengan budaya santun masyarakat kita. Maksud hati nyindir, eeh malahan Ahok kesandung kasus penghinaan Agama yang memicu kemarahan banyak umat Islam se-Indonesia.

Sampai sekarang, ibukota masih dalam situasi genting, sedikit ‘letupan’ bisa menimbulkan konflik fisik serius. DKI memang bukan dihuni oleh mayoritas Islam fanatik, tapi karena ia ibukota, isu apa pun di DKI jadi penggerak wacana nasional. Indonesia itu negara mayoritas muslim. Jadi jangan ‘main api’ dengan umat maupun nilai Islamnya. Rasanya begitu pelajaran yang bisa kita ambil.

Clash culture DKI yang picu potensi konflik Islam vs Kristen dan Pribumi vs Tionghoa, beri alert adanya bahaya serupa di wilayah lain.

Banten sangat rawan menjadi wilayah benturan baru. Banten punya sejarah dan nilai budaya Islam yang kental. Banten punya sejarah pemberontakan petani. Banten punya sejarah komunis. Banten punya sejarah dikuasai dinasti jawara yang sekarang dalam situasi genting karena Ratu Atut terganjal kasus korupsi. Banten menjadi wilayah hunian baru warga yang bekerja di DKI yang tentunya didominasi sekularisme. Banten juga salah satu provinsi berpenduduk terbanyak, sehingga jadi perebutan politik.

Pilkada Banten terbelah jadi 2, antara Wahidin – Andika vs Rano – Embay.

Wahidin – Andika mewakili kelompok Islam, Pribumi Asli, Arus Lama (Dinasti Politik Ratu Atut).

Rano – Embay mewakili kelompok Modern, Pribumi Baru, Arus Baru (Tolak Dinasti).

Pembagian basis massa keduanya juga terpisah, Wahidin – Andika menguasai tanah-tanah tradisional sedangkan Rano – Embay menguasai kota-kota baru.

Dinasti Ratu Atut tadinya bareng Rano Karno. Ratu Atut kena kasus korupsi, Andika Hazrumy (anaknya Ratu Atut) jadi penantang Rano. Kelompok Cikeas yang di DKI galang koalisi Islam, kurang lebih melanjutkan rumus yang sama di Banten dukung anaknya Ratu Atut. Koalisi gabungan Islam dan Dinasti memperkuat terbentuknya kelompok Islam, Pribumi Asli, Arus Lama di tanah-tanah tradisional Banten.

Rano Karno ditinggal Ratu Atut menjadi perwakilan kekuatan baru di Banten yakni Modern, Pribumi Baru, Arus Baru di kota-kota baru.

Melihat pola yang terbentuk di Banten, amat besar potensi terjadinya pemisahan provinsi Banten dan Tangerang (pusat kota-kota baru yang dihuni pribumi baru berkarakter modern). Situasi dan kondisinya mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun