Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Buruh - Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pakai Kilang Terapung, Pendapatan Negara Lebih Tinggi Rp 100 T

15 Desember 2015   14:17 Diperbarui: 15 Desember 2015   14:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi"][/caption]

Sebagaimana diketahui Indonesia dikenal sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa yang memiliki sumber daya alam melimpah. Oleh sebab itu, pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di Indonesia oleh siapun dan apapun jenisnya sudah sepatutnya negara yang mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Karena negara adalah symbol yang mewakili rakyat. Pemerintah harus tegas dalam hal aturan pembagian porsi dan juga penggunaan teknologi dalam setiap pengelolaan SDA karena hal tersebut yang menjadi faktor utama negara akan mendapatkan pembagian yang diharapkan untuk kemakmuran rakyat Indonesia.

Yang ramai saat ini diperbincangkan adalah mengenai pengelolaan Lapangan Abadi Masela (Blok Masela) yang berlokasi di Maluku Tenggara. Asal tahu saja, Blok Masela  disinyalir memiliki cadangan gas alam terbesar di Indonesia yakni sebesar 10 triliun kaki kubik gas.

Indonesia akan mendapatkan kerugian apabila kekayaan alam yang sangat besar tersebut tidak dikelola secara benar. Keuntungan dan kerugian negara selain dilihat dari prosentase bagi hasil juga dapat dilihat dan dihitung dari teknologi yang digunakan. Semakin canggih teknologi yang digunakan maka kekayaan alam tersebut akan semakin ter-olah secara maksimal dan pada akhirnya negara mendapatkan keuntungan yang semakin melimpah.

Sebelumnya telah diungkapkan oleh SKK Migas soal perbandingan perhitungan total investasi antara kilang laut (FLNG) dan Kilang Darat (OLNG).  Dalam perhitungan terlihat bahwa Kilang yang ditempatkan dilaut lebih hemat biaya pembangunannya sekitar USD 4,5 miliar atau setara dengan Rp 61 triliun (Kurs : Rp 13.500/dollar). (Lihat Tabel)

[caption caption="Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]

Saat ini coba kita telusuri jika dalam tahap pembangunannya, investasi kilang laut lebih murah, bagaimana saat beroperasi apakah FLNG juga lebih menjanjikan pendapatan yang lebih tinggi? (lihat table).

[caption caption="Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi"]

[/caption] 

Keterangan : MTPA = Million Ton Per Annum (Juta metrik ton LNG per tahun).

Pada keterangan gambar diatas menjelaskan pendapatan yang akan diterima negara apabila pembangunan kilang menggunakan metode FLNG sebesar USD 51,765 miliar versus OLNG sebesar USD 42,235 miliar. Terdapat selisih atau perbedaan pendapatan negara sebesar USD 9,440 miliar, dalam kurs rupiah sebesar Rp 127 triliun (Kurs Rp 13.500/USD 1).

Jumlah fantastis pendapatan negara tersebut jika dimanfaatkan dengan baik dan benar bisa untuk membangun sejumlah infrastruktur yang dapat membangkitkan perekonomian masyarakat yang ada sekitar area blok Masela khususnya dan Indonesia Timur Khususnya.

Jumlah perbedaan pendapatan tersebut jika diasumsikan dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015 (rpjnm 2015) maka, setara nilainya dengan pembangunan proyek sebagai berikut (lihat table).

[caption caption="Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi"]

[/caption]

Semua penghematan tersebut bisa terjadi jika bangsa Indonesia bisa mengelola sumber daya alamnya secara tepat dan akurat, baik dari sisi teknologi dan juga dari sisi efisiensi biaya untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. Apabila hal tersebut sudah bisa dicapai, maka SDA Indonesia untuk kemakmuran rakyat dan penggerak perekonomian daerah bukan lagi menjadi mimpi.

Semoga pemerintah saat ini, bijak dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan sumber daya alam kita.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun