[caption caption="Dokumen pribadi"][/caption]
Sumber gambar : Dokumen pribadi
Pembangunan dan pengembangan stasiun penerima Liquified Natural Gas (LNG) dengan metodologi terapung di tengah laut (Kilang Terapung) dapat memberikan kontribusi luar biasa bagi perekonomian masyarakat Maluku.
Berdasarkan hitungan SKK Migas, apabila Indonesia membangun Kilang laut untuk Lapangan Abadi Masela (Blok Masela) maka akan menghemat anggaran USD 4,5 miliar atau setara dengan Rp 61 triliun. Hitungan ini sangat logis, mengingat pengoperasian kilang pengolahan LNG di tengah laut tidak lagi memerlukan pembangunan pipa sepanjang 600 km. Konsep dari Kilang Terapung adalah pengolahan/pencairan dilakukan di atas kapal. Berbeda dengan Kilang Darat yang harus membawa hasil pengeboran tengah laut ke stasiun penerima yang ada di daratan.
Penghematan APBN sebesar Rp 61 triliun, setara dengan beberapa proyek pemerintah di Indonesia Timur, yaitu :
2 x Jalan Trans Papua (875 km)
5 x Jalan Trans Maluku (1.105 km)
40 Dermaga
24 kapal penyeberangan
31 x pengembangan Ambon sebagai waterfront city.
Kalau Bupati Maluku Tenggara mau, dia bisa lobi Kementerian Keuangan agar daerahnya bisa mendapat suntikan dana tambahan. Posisi tawarnya, Bupati Anderias mendukung Kilang Terapung Blok Masela, maka APBN hemat Rp 61 triliun. Lalu Bupati Anderias dengan landasan telah berkontribusi menghemat APBN, meminta sebagian kecil dari penghematan Rp 61 triliun untuk percepatan pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara.