Saya sangat suka masakan oriental seperti kwiteau, capcay, fuyunghai dan sapo tahu. Masakan yang terakhir saya sebut itu paling favorit.Â
Sejak menempati rumah sendiri saya kerap memasak untuk memenuhi kebutuhan makan saya sehari-hari. Sebab, di kompleks perumahan ini tukang bakso atau nasgor keliling tidak diperbolehkan masuk.Â
Memang, kadang-kadang saya membeli makanan melalui jasa pesan antar, tapi itu tidak terlalu bijak untuk kesehatan dompet saya kalau dilakukan terlalu sering.Â
Di sinilah kesempatan saya untuk rajin belajar memasak dan bereksperimen mencoba resep-resep baru. Salah satunya adalah sapo tahu, masakan kegemaran saya.Â
Saking sukanya saya dengan menu satu itu, barangkali bisa seminggu tiga kali membuat masakan itu. Saya sampai membeli tahu telur dan udang sebagai bahan utama dalam jumlah banyak dan menyimpannya di kulkas.Â
Masalah datang ketika sebulan terakhir ini saya merasakan pegal-pegal di pundak dan punggung. Semakin lama semakin menjalar ke arah tengkuk dengan intensitas yang semakin meningkat.Â
Tadinya saya pikir ini adalah akibat terlalu lama duduk di depan laptop dengan posisi agak membungkuk. Tetapi, seminggu terakhir, rasa pegalnya diikuti oleh kesemutan di kaki, tangan dan mulut.Â
Saya langsung berpikir negatif, dong. Jangan-jangan tekanan darah saya tinggi dan apa yang saya alami adalah gejala stroke ringan. Â
Tanpa berpikir lama lagi, saya pergi ke klinik untuk periksa tekanan darah. Ternyata hasilnya normal. Lalu saya dianjurkan untuk cek kolestrol. Suster di sana curiga kolestrol dalam darah saya tinggi.Â
Dan taraaa...ternyata benar prediksi Mbak Suster. Kadar kolestrol saya mencapai 238. Ya, pantesan pegel-pegel dan kesemutan segala. Lalubsaya diberi resep obat, dianjurkan olahraga teratur serta dilarang makan santan, udang, telur, dan ampela sampai keadaan saya membaik.Â
Sampai di rumah saya antara percaya dan ngakak. Dulu saya sering menertawai teman saya yang baru aja menginjak awal tiga puluh udah kena asam urat, hipertensi, gula tinggi, kolestrol tinggi. Lha kok sekarang giliran saya.Â
Yang lebih merana adalah sekarang saya tidak bisa makan sapo tahu lagi. Padahal udah kepengen sampe di ubun-ubun.Â
Hari ini saya bermaksud cheating dengan memasak sapo tahu, tapi supaya agak aman tanpa diberi udang.Â
Sedangkan bahan-bahan lain dan urutan memasaknya tetap sama. Tiga puluh masakan itu jadi. Saya mengambil mangkok dan bersiap menikmatinya.Â
Alamaak...rasanya seperti disabotase. Saya pikir, masak hanya karena tidak ada udang rasanya jadi parah begini?Â
Setelah saya ingat-ingat, ternyata tadi saya memasukkan kunyit. Jadi, rasanya agak pajit-pajit getir gimana gitu. Ah, pokoknya benar-benar tidak enak.Â
Tapi, saya kan harus tetap makan siang supaya ada energi untuk menulis di Kompasiana. Ya sudah, berhubung masih ada daging kurban di kulkas, saya memutuskan untuk masak semur daging saja.Â
Dan taraaa...setelah tiga puluh menit kembali meracik bumbu dan berpanas-panas di depan kompor, masakan saya jadi.Â
Kali ini rasanya tidak mengecewakan dan malah sangat enak. Saya dengan lahap menyantap jerih payah saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H