Mohon tunggu...
Linggar Kharisma
Linggar Kharisma Mohon Tunggu... Politisi - Political Scientist In Digital Creative Industry

Political Scientist

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggugat Metode Survei GRP

20 Januari 2017   16:29 Diperbarui: 20 Januari 2017   20:09 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan riset pemasaran PT. Grup Riset Potensial (GRP), baru-baru ini mengejutkan banyak pihak. Baik dari publik yang mengikuti berbagai hasil survei elektabilitas, maupun kalangan praktisi dan petinggi lembaga survei/polling politik. Bukan hanya menyajikan hasil elektabilitas yang berbeda, GRP menggunakan metodologi survei dan analisis yang tidak biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga survei/polling politik di Indonesia.

Pro-kontra terhadap hasil survei dan metodologi lembaga ini sempat menjadi bahan perbincangan di kalangan netizen, karena hasil yang disajikan oleh GRP seakan menguntungkan satu pihak. Maka independensi lembaga ini pun kemudian dipertanyakan.

Terkait hal ini sebenarnya, saat presentasi hasil rilis, diungkapkan bahwa survei GRP berikut peta elektabilitas terbuka secara online dan dapat digunakan oleh semua pihak, seperti timses paslon, media, lembaga survei, dan peneliti, dengan mengajukan permohonan akses.

Bila survei tersebut benar atas pesanan salah satu pasangan calon atau pihak lain, penyebaran atas hasil riset pesanan kepada pihak lain tentunya menyalahi kode etik internasional bagi lembaga riset, dan pihak pemesan yang membayar tentunya akan menggugat lembaga riset yang menyebarkan hasil risetnya kepada pihak lain. Dengan kenyataan tersebut, GRP ingin membuktikan bahwa Survei yang dilakukan bukan atas pesanan suatu pihak.

Pada tulisan ini saya tidak ingin menyoroti tentang hasil survei GRP, melainkan akan fokus membahas perkara metodologi dan pendekatan yang digunakan oleh perusahaan tersebut menyangkut metode sampling. Sedangkan untuk istilah multinomial logit, saya persilakan kepada pembaca untuk menelusuri makna definitifnya di berbagai jejaring internet, niscaya Anda akan banyak menemukan tautan mengenai penjelasan metode pemodelan tersebut.

Dalam surveinya, GRP membawa metode sampling yang tidak lazim digunakan oleh lembaga-lembaga survei/polling di Indonesia selama ini, yaitu Stratified Systematic Sampling. Di saat hampir semua lembaga survei/poliing yang ada berlindung di balik metode Multistage Random Sampling.

Penasaran dengan apa kelemahan dan kelebihan dari kedua metode tersebut, saya mencoba untuk melakukan googling. Hasil pertama menggunakan kata kunci “Multistage Random Sampling” dan yang keluar adalah “Multistage Sampling”.  Sangat menarik, pada salah satu tautan Wikipedia (sumber) terungkap penjelasan seperti ini:

Advantages

Cost and speed that the survey can be done in

Convenience of finding the survey sample

Normally more accurate than cluster sampling for the same size sample

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun