Mohon tunggu...
Linggar Kharisma
Linggar Kharisma Mohon Tunggu... Politisi - Political Scientist In Digital Creative Industry

Political Scientist

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menangkal Akar Radikalisme Islam

13 Juli 2016   15:15 Diperbarui: 13 Juli 2016   15:20 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan Tentara ISIS / jpost.com

Tentu kita tak ingin kejadian teror di Solo beberapa waktu silam, yang di dahului dengan serangkaian aksi terorisme di negara-negara Timur Tengah lain, seperti Jordania, Irak, Bangladesh, Turki, hingga Saudi, pada bulan Ramadan lalu, oleh para ekstrimis agama macam ISIS, di impor ke Indonesia.

Pentingnya Memberikan Distingsi Pemahaman

Salah satu upaya mencegah paham radikalisme Islam berkembang di Indonesia, yakni dengan membentengi majelis-majelis taklim yang ada dari serbuan revivalis yang hendak melancarkan ‘misi suci nya’ tersebut. Namun upaya itu juga perlu dibarengi dengan usaha lain dari para anggota masyarakat, untuk mau (dan mampu) memahami konsep-konsep Islam secara menyeluruh.

Bagi saya, kita perlu membuat distingsi yang cukup jelas antara konsep Islam sebagai sebuah akidah/keyakinan, serta dimensi Islam lainnya sebagai buah kajian ilmiah. Pokok ajaran Islam sebagai sebuah keyakinan, harus bersikap final, dan tanpa kompromi. Di dalamnya termasuk landasan tauhid dan profetik, serta perkara-perkara qath’i(mutlak) dalam ajaran agama.

Sedangkan yang saya maksud sebagai dimensi kajian ilmiah, konsep lain yang ada dalam Islam (diluar landasan tauhid, profetik, dan perkara qath’i)perlu dan boleh untuk di kritisi. Utamanya terkait dengan persoalan-persoalan dzani(non-mutlak) dalam Islam, sebagai bahan kajian yang selalu kekinian.

Terus terang saya percaya. Jika masyarakat muslim (khususnya Indonesia) mampu (dan mau) melakukan pembelahan kedua konsep tentang Islam (sebagai konsep keyakinan dan dimensi kajian kritis ilmiah) tersebut, maka berbagai motif fundamentalisme bernafaskan agama, terlebih Islam, mampu teratasi.

Lebih daripada itu, muslim Indonesia kelak, bukan saja mampu menjalankan kesalehan ritual, berupa salat dan puasa semata, seperti hasil survey di awal tulisan ini. Melainkan juga mampu menjalankan kesalehan doktrinal, dengan mempraktekan  pemahaman Islam yang inklusif dan toleran terhadap berbagai varian perbedaan tafsir dan pemahaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun