Mohon tunggu...
Lingga Pratama
Lingga Pratama Mohon Tunggu... lainnya -

Hanya manusia biasa yang ingin belajar tentang banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengintip Keindahan Pegunungan Meratus dari Bukit Langara

7 Juli 2015   01:02 Diperbarui: 7 Juli 2015   01:29 3397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Loksado dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi primadona bagi para wisatawan tidak hanya lokal tapi juga mancanegara. Kecamatan yang berada di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan ini menawarkan berbagai macam keindahan alam yang tersembunyi di Pegunungan Meratus dan juga keragaman budaya lokal yaitu kebudayaan suku Dayak Meratus. Banyak tempat untuk menikmati alam Pegunungan Meratus. Salah satu tempat untuk melihat keindahan alam yang terdapat di Loksado adalah dari Bukit Langara.

Bukit Langara merupakan sebuah bukit berbatu yang terletak sekitar 10 km dari Kandangan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan atau 160 km dari Kota Banjarmasin. Beberapa hari yang lalu saya bersama teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi tempat ini. Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam lebih dari Banjarmasin akhirnya kami tiba di Desa Lumpagi, Loksado. Ternyata untuk sampai ke atas bukit perlu sedikit perjuangan. Kami harus berjalan selama sekitar 30 menit melewati jalan setapak yang merupakan satu-satunya akses menuju atas bukit. Perjalanan menuju puncak bukit awalnya tidaklah sulit, setelah melewati jalan kampung kemudian menyeberang jembatan kami tiba di sebuah hutan jati. Dari sinilah kami harus mulai mendaki, pendakian menjadi sedikit sulit karena jalan yang kami ambil cukup curam dan juga licin. Untungnya ada bambu-bambu yang dipasang melintang untuk membantu berpegangan. Pendakian ini memakan waktu sekitar 20 menit hingga akhirnya kami tiba di puncak bukit yang dipenuhi bebatuan. Bebatuan yang mendominasi puncak bukit membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah. Walau begitu bebatuan tersebut juga menjadi daya tarik bagi bukit ini.

Dari atas bukit ini kami bisa melihat sebagian kecil pemandangan alam Pegunungan Meratus yang membentang sepanjang ±600 km². Sungai Amandit yang membelah hutan tampak begitu indahnya sehingga menjadi pelepas penat setelah perjalanan yang cukup melelahka. Hutan yang sebagian besar masih alami menyihir setiap mata yang memandangnya.

Selain itu pemandangan Bukit Ketawang juga menambah keindahan panorama alam yang bisa dilihat dari Bukit Langara ini. Bukit berbatu tersebut tampak hijau oleh pepohonan yang menyelimutinya serta masih terjaga kealamiannya.

Setelah puas mengabadikan berbagai momen di atas bukit kami pun bergegas turun. Perjalanan turun tidak ada kendala yang berarti walau kami harus tetap berhati-hati karena licinnya tanah. Setelah berisirahat sejenak di hutan jati, kami sepakat untuk membersihkan badan dengan mandi di Sungai Amandit. Kami kembali berjalan melewati jembatan gantung, jembatan bergoyang ke kiri dan ke kanan ketika kami berjalan diatasnya agak mengerikan tapi juga menyenangkan.

Setelah menemukan lokasi yang sekiranya nyaman untuk mandi, kami pun segera menaruh tas dan melepas baju serta celana, tanpa menunggu komando kami langsung terjun ke sungai. Air sungai begitu dingin dan menyegarkan membuat kami merasa bersemangat kembali. Pemandangan dari sungai pun tak kalah indahnya. Kami bisa melihat jembatan gantung yang kami lewati sebelumnya tampak mencolok menghiasi Sungai Amandit. Di sisi lain kami dapat melihat buki-bukit yang menjulang tinggi dan hijaunya pepohonan.

Saat mandi kami melihat anak-anak yang merupakan penduduk desa asik mandi sambil meloncat dari atas jembatan. Yang menarik buat kami adalah ketika ada sekelompok anak yang asik rafting mengunakan ban dalam ukuran besar. Satu ban tersebut bisa memuat beberapa buah orang. Kami pun penasaran dan ingin mencobanya. Kemudian kami menyewa satu ban dari salah satu anak pemilik ban tersebut dan mencobanya. Saya dan kedua teman saya mendapat giliran pertama, agak mengerikan juga ketika ban yang kami "tumpangi" mendekati jeram yang sebenarnya tidaklah deras. Setelah ban kami sampai di jeram kami pun tidak kuasa untuk tidak berteriak sambil merasakan sensasi rafting diatas Sungai Amandit. Sensasi itu berlangsung singkat karena kami hanya melewati satu jeram saja yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat kami mandi. Kami kemudian menepi dan berjalan kembali ke lokasi mandi dan memberikan ban ke teman lainnya yang juga ingin merasakan sensasi yang sama.

Selesai berarumjeram kami memutuskan untuk menyudahi acara bersih-bersih dan kembali ke tempat parkir mobil. Saat menunggu teman yang sedang berpakaian saya melihat seorang bapak membawa bambu yang dijadikan rakit menyusuri aliran sungai. Rakit bambu tersebut dengan cepat melewati kami, menerjang jeram dan kemudian hilang dari pandangan. Sebuah momen yang sangat menarik bagi saya. Setelah semuanya beres kami kembali berjalan menuju mobil yang telah menunggu untuk membawa kami kembali ke Banjarmasin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun