Sebelum Jepang dikalahkan Sekutu, Jepang masih sempat membubarkan PETA dan Heiho. Untuk mewadahi melimpahnya tenaga pejuang, pemerintah Republik membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 22 Agustus 1945, yang kemudian diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pada 5 Oktober 1945. Sarwo Edhie berusaha membentuk batalion sendiri tetapi bubar.  Ia baru sepenuhnya berkiprah sebagai prajurit saat diajak oleh Ahmad Yani, yang membentuk kesatuan BKR di Magelang yang kelak akan menjadi bagian dari Divisi Diponegoro.Â
Rasa kesetiakawanannya yang tinggi, dibarengi kepatuhan pada atasan, merupakan kombinasi prinsip yang tidak mudah dijalankan secara beriringan. Hal seperti itu sudah dibuktikan Sarwo Edhie ketika masih menjadi komandan kompi dengan pangkat Kapten. Karena melindungi anak buahnya yang dianggap indisipliner, Sarwo Edhie rela diturunkan pangkatnya menjadi letnan satu oleh Ahmad Yani. Bahkan, ia minta dimahkamah militerkan, tetapi ditolak atasannya.
Bersambung ...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H