Mohon tunggu...
Linggan Aji Pamungkas
Linggan Aji Pamungkas Mohon Tunggu... -

Menulis adalah obat yang harus saya telan ditengah mesin-mesin industri berkulit manusia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Millenial Menjadi PNS, Mengabdi atau Mencari Materi?

25 Februari 2019   07:07 Diperbarui: 28 Februari 2019   10:19 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Menjadi PNS itu berat, aku saja...

Sepenggal kalimat dilan berkelabat saja didalam fikiran, dan memang seharusnya demikian disetiap fikiran calon-calon anak muda Pegawai Negeri Sipil, Karena sisa umur produktif mereka akan dihabiskan untuk melayani Rakyat dan Masyarakat setempat, bagi saya menghabiskan sisa umur produktif adalah sebuah pengorbanan yang tidak kecil, perlu ke-ikhlasan setara ulama, para wali, dan para orang suci lainnya.

Sisa umur Produktif anak muda yang diterima menjadi PNS akan digunakan untuk tidak mementingkan Diri sendiri, tetapi dikorbankan untuk kepentingan orang banyak, MENGABDI, 

Seharusnya dengan melihat konsekuensi dan pengorbanan yang akan ditanggung, yaitu pengorbanan umur, dan waktu yang tidak bisa kembali, kiranya anak-anak millenial yang tanggung fikirannya seperti saya, mundur satu persatu karena konsekuensi moral dan etika yang ditanggung para PNS.

Apakah saya bisa ikhlas 100% untuk tidak mementingkan diri sendiri ?, apakah saya siap berkorban umur dan sisa waktu muda produktif saya untuk melayani orang lain ?. sungguh maha berat, bukankah itu fikiran dasar setiap anak muda ketika memutuskan untuk melengkapi berkas dasar administrasi PNS ?

Ataukah ada fikiran yang lain ?

Misalnya fikiran yang lain itu, seperti bisa santai-santai saja karena setiap bulan  uang di rekening masuk terus, untuk melamar wanita yang disukai si wanita mensyaratkan pasangannya untuk PNS ? Atau nanti setelah pensiun nggak usah mikir dana pensiun karena sudah ditanggung negara sampai liang lahat? 

Atau ditempat daerah asal anda PNS itu ibarat Priyayi yang dipandang terhormat ? Atau cuman hanya mengisi perut dan mencari kenyamanan untuk diri sendiri sampai ajal tiba begitu saja?

Tidak Sedikit PNS yang memang didalam sanubarinya terdapat niat untuk Mengabdi, tapi tidak sedikit pula calon-calon PNS dengan niat seperti di Paragraf 4 tadi. 

Kebetulan juga saya anak dari pasangan PNS dan hidup di Kabupaten, yang sejak kecil terbiasa dengan nuansa PNS dengan segala keadaan Psikologis, Sosial kultural, lengkap dengan suasana dan perspektif bahwa PNS itu Menantu Idaman, Selesai sudah persoalan. wkwk

Memang anggapan dan perspektif jika sudah menjalar melalui wilayah geografis dan masuk kedalam ranah Psikologi massa akan sangat sulit untuk diganti, butuh waktu bisa jadi puluhan tahun atau abad bahkan untuk dengan sendirinya merubah kepercayaan tersebut. bahwa PNS itu Pengorbanan Bukan Kehormatan.

Apakah keadaan Psikologi Massa ini memang demikian sedari awal? ataukah ada sumber awalnya sejak massa kolonial ? kita mundur sebentar ke massa kolonial untuk mencari sumber psikologi massa ini.

Memang sejarah PNS di indonesia tidak lepas semenjak Belanda menapaki bumi indonesia adalah dengan memasukan sistem pegawai Kolonial, yang notabene dipandang tinggi derajatnya karena pada saat itu mayoritas masyarakat kita adalah petani.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa psikologi dasar manusia ketika melihat sesuatu yang tidak biasa dia otomatis langsung menganggap itu adalah suatu hal yang berharga, terhormat, tinggi dan segala jenis ketergaguman lainnya.

Logika ini saya misalkan seperti ini, coba kita berimajinasi bahwa, didunia ini ternyata 90% jenis batunya adalah Emas Murni, dan 10% saja Batu Kali, nah apa yang terjadi jikalau demikian ? sudah bisa dipastikan, mungkin zaman sekarang bukan emas yang dijadikan tolak ukur untuk memproduksi mata uang di setiap negara, tetapi Batu Kali !!

Tapi begitulah manusia sering salah sangka terhadap apapun didunia, dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lain, kita tarik benang merah psikologisnya dengan keadaan dizaman kolonial.

Sedikit informasi Pegawai kolonial pribumi zaman dulu disebut dalam bahasa belanda (Inlandsch Bestuur = Pegawai Kolonial Pribumi) sistem yang dibuat belanda inilah yang menjadi cikal bakal PNS dikemudian hari, yang selevel bupati kebawah diisi oleh Para Priyayi2 di Pribumi sedangkan Para Gurbenur di isi oleh (Binnenlandsch Bestuur = Pegawai Kolonial Belanda). masyarakat kulit putih eropa

Dalam praktek Birokrasinya ternyata pegawai IB, banyak melakukan korupsi menyogok sana sini, mengangkat sanak famili, Di sini pola patron-klien yang rumit dan lingkaran setan jilat-menjilat hampir mewarnai semua jajaran birokrasi kolonial. Jadi belanda sendiri juga dibuat pusing oleh kelakuan pribumi, yang menganggap diri mereka tinggi karena (Diangkat oleh orang kulit Putih=bangsa eropa) kenapa dianggap tinggi oleh pribumi ? ya karena penjelasan logika batu kali tadi,  ndeso baru tau orang kulit putih wkwkw :=

Sekilas sejarah tentang cikal Bakal PNS yang idenya dari negeri belanda, jadi benang merah psikologisnya, kita ternyata masih belum sembuh atau belum Move-on dari Keadaan Socio-psikologi era kolonial belanda padahal sudah berapa puluh tahun dan masih tertanam kuat anggapan dan perpesktif tadi. entah kapan akan sembuh.

Walaupun kita secara defacto dan de jure dianggap sudah merdeka,
Tapi apakah secara Socio-Psikologi fikiran kita sudah merdeka dari penjajahan ?

saya yakin kaum millenial mampu berfikir jauh.
Jadi kalian Menjadi PNS untuk Mengabdi atau untuk mencari Materi ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun