Mohon tunggu...
Lingga Mahardika
Lingga Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - linggamah

Hierophant

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Papan Roda Penyambung Hidup

2 Juli 2021   17:07 Diperbarui: 2 Juli 2021   17:33 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari Saep mengendarai motor milik kantor berkeliling untuk menagih hutang-hutang peminjamnya. Saat masuk perkampungan Sadeng ia sampai di rumah seorang warga untung menagih uang bulanan, namun terjadilah keributan fisik karena Saep memaksa warga tersebut untuk melunasi hingga akhirnya terdengar oleh masyarakat sekampung.

Saep yang saat itu bertugas sendirian merasa panik dan langsung mengendarai motornya untuk kabur dari kejaran warga, namun naas saat menyebrang jalanan Saep tidak melihat kanan kiri hingga akhirnya ia tertabrak oleh mobil pribadi yang saat itu melintas kencang dijalan raya.

"Waktu itu lagi apes, karena saya lagi panik bawa motornya kenceng main nyebrang aja tau tau ada mobil dari arah kanan nyamber saya." Ujar Saep sembari tangannya menjelaskan bagaimana peristiwa tabrakan itu terjadi. "Bangun-bangun saya dirumah sakit dan sudah tidak merasakan punya kaki karena sudah tidak bisa digerakin" menjelaskan kondisi Saep saat siuman.

Setelah diperbolehkan untuk pulang oleh pihak rumah sakit, Saep merenung akan kondisi yang menimpanya. Ia menganggapnya ini adalah sebuah hukuman yang Tuhan berikan kepadanya, karena dulu ia tidak bersyukur memiliki pekerjaan yang baik dan malah meninggalkannya sehingga memilih pekerjaan sebagai rentenir yang menurut kepercayaannya bahwa rentenir adalah pekerjaan yang tidak baik.

Saep menutup perbincangan dengan mengatakan "Saya bersyukur karena lepas dari pekerjaan rentenir, kondisi saya mungkin hukuman dari Allah buat menjadi seorang yang lebih baik dan kembali dijalan-Nya".

(LMH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun