*Oleh Wilnan Fatahillah
Globalisasi telah menyebabkan adanya perubahan besar bagi kehidupan manusia pada berbagai bidang, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial budaya, teknologi, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Perubahan ini membawa dampak positif bagi kehidupan manusia seperti tingkat kehidupan yang lebih baik, kemudahan transportasi, cepatnya akses komunikasi dan pertumbuhan infrastuktur dan lain sebagainya.
Namun demikian, globalisasi juga mempunyai dampak negatif bagi kehidupan manusia seperti gaya hidup kebaratbaratan, pola hidup materialistik dan individualistik, krisis agama bahkan hingga merosotnya nilai-nilai akhlakul karimah. Pendidikan akhlak atau karakter menjadi kata kunci dalam mengatasi dampak negatif era globalisasi.
Dalam situasi tersebut, sudah saatnya lembaga pendidikan, tidak hanya mengedepankan kemajuan sains dan teknologi, tetapi juga berperan dalam pembangunan moral dan karakter (Character Building). Salah satu lembaga pendidikan yang telah nyata terbukti dalam pembentukan manusia indonesia yang unggul dan berkarakter adalah pondok pesantren.
Sejak dahulu, pondok pesantren telah memberikan sumbangsih yang besar dalam hal memperjuangkan dan memerdekakan bangsa Indonesia. Bahkan hingga saat ini, pondok pesantren, telah berperan penting dalam mempertahankan, membangun, memajukan bangsa ini melalui penyetakan manusia Indonesia yang beriman, berakhlakul kamrimah, cinta kepada bangsa dan negara cinta damai, toleransi dan berketerampilan.
Hal tersebut terlaksana karena pondok pesantren, mempunyai fungsi multidimensional, dimana keberadaanya tidak hanya sebagai lembaga edukasi dakwah keagamaan dengan spiritualitasnya, namun juga meningkatkan intelektualitas manusia Indonesia.
Pondok pesantren mampu menghasilkan santri yang alim dan patuh terhadap ajaran agama, berakhlakul karimah dan memiliki keterampilan serta ilmu pengetahuan yang luas. Sehingga para santri, menjadi generasi bangsa yang akan mengawal dan melestarikan nilai-nilai agama dan akhlak, sebagai bekal bangsa ini dalam menghadapi era globalisasi.
Kita patut bersyukur bahwa Presiden Joko Widodo, melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, secara resmi menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri ini sebagai bukti bahwa pemerintah mengakui para santri sebagai elemen bangsa yang turut berjuang dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, tidak lepas dari catatan sejarah nasional yang kala itu, tepatnya 22 Oktober 1945, kalangan ulama yang merupakan santri dan tokoh nasional seperti Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama), Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), A Hassan (Persis), Ahmad Soorkati (Al-Irsyad), Abd Rahman (Matlaul Anwar) dan lainnya untuk menyerukan Resolusi Jihad di Surabaya, Jawa Timur, untuk melawan Belanda yang ingin berkuasa kembali di Indonesia. Penetapan hari santri, juga menegaskan bahwa negara mempunyai relasi dengan agama Islam sekaligus menegaskan mainstreaming santri yang dapat saja terpinggirkan karena arus globalisasi.
Momentum Hari Santri Nasional, dapat kita jadikan sebagai tekad untuk meneguhkan persatuan diantara umat Islam maupun ormas Islam untuk sama-sama merawat religiusitas bangsa Indonesia. Dengan demikian kita berharap negara ini mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah AWT. Sebagaimana firman Allah :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS AL-A’raf 96)
Selamat kepada para santri, semoga para santri menjadi bagian warga negara Indonesia yang moderat, toleran, inklusif, terhadap perbedaaan budaya dan agama yang ada sekaligus sebagai penerus bangsa yang mengawal kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
*Ust. H. Wilnan Fatahillah, S.H.I, M.M anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPP LDII
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H