Mohon tunggu...
LINES
LINES Mohon Tunggu... Relawan - LDII News Network

Menulis adalah cara untuk berbagi perspektif. Saling menghargai adalah kunci untuk bertukar perspektif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Matinya Superman dan Bahaya Komunikasi Politik Populis

4 Agustus 2021   06:30 Diperbarui: 4 Agustus 2021   06:48 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Ludhy Cahyana

Kepemimpinan merupakan isu penting saat membincangkan bagaimana kelompok bergerak mencapai tujuan mereka. Dalam teori kepemimpinan klasik, mengutip Robert Caldini (Haslam, et al. 2011) kepemimpinan berpusat pada proses pengaruh. 

Dengan demikian, terdapat sebuah kondisi mental dan proses yang mengarahkan orang untuk mendengarkan pemimpin, memperhatikan apa yang mereka katakan, dan menerima visi pemimpin sebagai visi mereka sendiri. Pemimpin seperti Superman yang kuat dan mempesona.

Bila Superman ini hadir karena takdir, mungkinkah superman-superman baru dibentuk? Zaman dahulu, pemimpin besar seperti Aleksander Agung, Julius Caesar atau Abraham Lincoln hingga pemimpin pada awal dan pertengahan abad 20 seperti Hittler, Mussolini, Stalin, lalu Bung Karno, hingga Gandhi. 

Mereka dipercaya memiliki karisma yang kuat karena pembawaan atau given. Karisma merupakan sesuatu yang istimewa. Dalam kosmologi Jawa, selain karisma yang dimiliki pemimpin, seorang pemimpin merupakan utusan atau mendapat wahyu keprabon, yakni orang-orang yang diutus oleh kuasa Ilahiah untuk memimpin.

Orang-orang seperti itu, dalam teori kepemimpinan klasik dipercaya memiliki keajaiban atau sihir untuk menyulap sesuatu menjadi lebih baik. Mereka juga dikultuskan, artinya tanpa mereka, tak akan ada harapan bagi umat manusia. Dalam beberapa hal, pemimpin yang hebat lambat laun menjadi seorang diktator. 

Hal itu terbukti dari nama-nama besar saat sebelum Perang Dunia II hingga akhir Perang Dingin. Dari Jenderal Franco, Fidel Castro hingga Presiden Soeharto.

Persoalannya, benarkah kepemimpinan hanya dimonopoli oleh sekelompok orang yang menerima "wahyu" dan berkarisma? Ataukah pemimpin bisa diciptakan? Ataukah ia lahir karena kondisi tertentu?

Mengenai karisma atau keistimewaan yang dimiliki pemimpin melahirkan rasa curiga yang besar dari para akademisi psikologi. Dua dekade setelah Perang Dunia II, ide mengenai karisma dan bakat yang jadi modal sebagai pemimpin ini mulai terkikis. 

Bermula dari Ralph Stogdill (1948) dan Richard Mann (1959) menemukan bahwa kapasitas aktor dalam hal (1) kapasitas (misalnya, kecerdasan, kewaspadaan); (2) prestasi (misalnya, kecendekiawanan, pengetahuan); (3) tanggung jawab (misalnya, ketergantungan, inisiatif); (4) partisipasi (misalnya, aktivitas, kemampuan bersosialisasi); dan (5) status (misalnya, status sosial ekonomi, popularitas), meskipun positif namun sumbangsihnya dalam kepemimpinan sangat kecil (Haslam, 2011). Di sini, ide mengenai Superman yang dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kematiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun