Mohon tunggu...
Liner Vistrina
Liner Vistrina Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang guru yang selalu mencoba belajar dan menyelesaikan pengembangan diri saya dengan optimal dan penuh tanggungjawab,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alur K dalam MERDEKA - Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

30 Maret 2023   23:28 Diperbarui: 30 Maret 2023   23:31 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA. TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.

Umpan Balik berbasis Coaching

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching:

  • Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee,
  • Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah,
  • Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan,
  • Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee.

Menurut Costa dan Garmston (2016) dalam Cognitive Coaching: Developing Self-directed Leaders and Learners, ada beberapa jenis umpan balik balik yang mendukung kemandirian untuk penerima umpan balik, yaitu :

  • Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif,
  • Umpan Balik Menggunakan Data yang Valid.

Supervisi Akademik dengan Paradigma berpikir Coaching

Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya.

Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah
satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik. Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

  • Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
  • Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
  • Terencana
  • Reflektif
  • Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
  • Berkesinambungan
  • Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik.

Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Pada tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.

Tantangan yang muncul dalam implementasi coaching pada lingkup sekolah maupun daerah beserta alternatif solusinya.

Sekalipun program supervisi akademik di sekolah senantiasa berjalan sesuai jadwal yang sudah disusun oleh kepala sekolah, namun proses terlaksananya hanya sebagai penggugur jalannya program semata. Belum ada pemahaman detail terkait seperti apa supervisi yang baik beserta umpan baliknya bagi pembelajaran. Hasil supervisi biasanya digunakan untuk melengkapi berkas/bukti fisik saat akreditasi dan lomba-lomba sejenisnya. Kemudian, masih saja ada anggapan bahwa supervisi dianggap sebagai penilaian proses mengajar guru yang biasanya untuk dicari kekurangannya saja. Belum lagi dengan tidak munculnya kemitraan antara coach dan coachee, coach diasumsikan sebagai orang yang serba tahu dan senior, sehingga ada rasa enggan dari coachee dalam menyampaikan masalahnya di sekolah.

Alternatif solusi dari identifikasi tantangan tadi bisa dengan menyampaikan tujuan supervisi di tahap pra supervisi lengkap dengan kompetensi yang akan dikembangkan. Serta menjalankan setiap materi yang sudah diperoleh di modul 2.3 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun