Mohon tunggu...
Lindung Silaban
Lindung Silaban Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Saya seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Rasa Punya Buku Ya Begini

24 Oktober 2019   09:21 Diperbarui: 24 Oktober 2019   09:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul buku Nusantara Berkisah (Langam Komunika)

Setelah naskah kelar, kemudian kukirim langsung via surel ke Dian. Ia terima naskahku pada batas akhir, tepat beberapa menit sebelum loket penerimaan naskah ditutup. Balasan emailku pun datang.

"Mauliate, Bang Lindung Silaban," tulis Dian via surel. Eh, ia pakai bahasa batak . Terharu aku.

Ia memberitahu naskahku sudah mereka terima dengan baik. Hatiku dibesarkan lagi. Dalam hati aku berdoa pada Tuhan, meminta agar direstuiNya naskahku sehingga mendapat tempat 'khusus' dalam buku "Nusantara Berkisah" itu.

Penantian Terjawab

Setelah malam itu, aku harap-harap cemas, menunggu pengumunan nama-nama penulis yang lolos. Pengumuman nama-nama penulis yang menang, ternyata tidak sesuai jadwal. Aku sempat kecewa karena tiap hari kunantikan pengumuman itu. Kunantikan dengan antusias. Kuintip-intip postingan Bang Dian.

Tiba-tiba, tiada hujan, tiada petir, tiba-tiba postingan Bang Dian di Facebooknya pada 22 Oktober kemaren begitu menyentak. Ia menulis, panitia menerima sebanyak 217 naskah dari 80 penulis, se-Indonesia. Luar biasa banyak.

Yang menyentak adalah karena dalam postingan itu, ada 30 nama penulis yang lolos. Dan namaku ada di dalamnya. Akulah mungkin, satu-satunya dari 30 orang itu yang paling bahagia. Langsung kuposting dan kuluapkan kegembiraanku di fesbukku.

Jujur, ada rasa bangga begitu hebat menjalari darahku. Aku sadar, aku ini bukan penulis hebat. Aku hanya anak kemarin sore, yang baru belajar jurnalistik dasar. Aku cuma amatiran. Tetapi Tuhan sungguh baik. Ia merestui usaha kerasku dalam menulis naskah-naskahku. Aku senang, membayangkan akan punya sebuah buku sebagai kado istimewa kelak buat anakku.

Ya, bagiku, ini sebuah pencapaian yang mentereng. Sekaligus sebuah pelecut semangatku kembali untuk terus belajar menulis. Dari pengalaman ini aku menyadari, sebuah usaha sungguh-sungguh dalam menulis pasti diridhoi Tuhan, Sumber Ilham. Kemuliaan bagi Tuhan.(*)

Salam Nusantara Berkisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun