Dalam konteks perhitungan emisi karbon, di Asia Tenggara sendiri hingga kini masih banyak perusahaan yang belum mulai menghitung carbon footprint yang dihasilkan. Lantaran, faktor keterbatasan pengetahuan dan kebingungan terkait cara menghitung jejak karbon, sehingga belum ada pemahaman yang mendalam mengenai perhitungan emisi secara menyeluruh.
"Bahkan Indonesia sendiri gitu ya dari datanya CDP, 103 company yang report ke CDP hanya 64 company yang sudah hitung emisi scope 1 dan bahkan menurun sampai scope 3 itu cuma 23 perusahaan," pungkas Ghivarly.
Harapannya, menghitung jejak karbon dalam proses bisnis bisa menjadi langkah penting untuk memahami dampak lingkungan perusahaan. Perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih strategis menuju keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H