Fakta perubahan iklim menuntut berbagai sektor kehidupan menaruh perhatian dalam upaya menciptakan bumi yang lestari dan berkelanjutan. Termasuk sektor keuangan melalui instrument green bond. Lantas apa sebetulnya green bond atau obligasi hijau? Apa bedanya dengan obligasi pada umumnya? Mengapa diperlukan?
Simak penjelasan lengkapnya Dessi Yuliana, President Director CarbonX, dalam webinar Green Skilling LindungiHutan "Inovasi Keuangan untuk Ekonomi Hijau - Â Mengadopsi Obligasi Hijau dan Kredit Karbon"
Apa yang Dimaksud dengan Green Bond?
Green bond atau obligasi hijau adalah instrumen keuangan berbasis pendapatan tetap yang dirancang khusus untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek berkelanjutan. Melalui instrument ini, investor dapat memberikan dukungan finansial bagi inisiatif yang secara langsung berdampak positif pada lingkungan dan iklim.
Tujuan utama dari green bond adalah untuk mendorong investasi dalam proyek-proyek yang mengurangi jejak karbon, melindungi keanekaragaman hayati, atau memperkuat infrastruktur ramah lingkungan, baik pada skala lokal maupun global.
"Apa sih obligasi hijau? Sederhananya obligasi kan surat hutang ya, perusahaan ingin berhutang pakai surat dan orang-orang bisa beli suratnya, gitu ya, sama dengan surat hutang atau obligasi yang lain, ini obligasi hijau secara proses sama, perusahaan menerbitkan surat hutang, di dalam surat hutang itu ada misalnya jumlah berapa yang menjadi surat hutang kemudian berapa bunganya, ada di surat hutang tersebut, nanti surat hutangnya mau dibayar kapan? Nah itu ada juga di suratnya, jadi sama antara obligasi tradisional sama hijau," ujar Dessi Yuliana.
Di Indonesia, green bond makin banyak dilirik oleh korporasi maupun pemerintah yang ingin menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Secara spesifik green bond Indonesia menjadi salah satu opsi pembiayaan strategis bagi proyek-proyek yang berhubungan dengan konservasi hutan, rehabilitasi ekosistem, hingga pengembangan energi terbarukan.
Selain itu, green bond Indonesia memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya menjalankan inisiatif hijau tetapi juga menarik minat investor yang mengutamakan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
"Ketika obligasinya dicap hijau ya, tentunya orang pengen tahu kan, apa sih yang hijau itu, jadi ini juga menjadi awareness education untuk para investor," sambung Dessi.
Perbedaan Green Bond dan Traditional Bond
Green bond dan traditional bond memiliki karakteristik dasar yang serupa sebagai instrumen surat utang. Keduanya digunakan oleh berbagai entitas, seperti pemerintah, perusahaan, dan bank untuk mengumpulkan dana dari investor. Namun, perbedaan utama terletak pada tujuan penggunaan dana yang diperoleh.
Untuk green bond, dana yang terkumpul dikhususkan untuk proyek-proyek yang berfokus pada keberlanjutan dan manfaat lingkungan. Beberapa sektor yang menjadi target pembiayaan green bond meliputi energi terbarukan, konservasi hutan, manajemen air, pengelolaan limbah, hingga transportasi ramah lingkungan. Green bond ini menarik bagi investor yang ingin memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan iklim, serta mendukung pembangunan berkelanjutan.
"Yang membedakan ini surat hutangnya untuk dipakai apa? Itu aja yang membedakan, utang ini mau dipakai apa itu hanya boleh dipakai untuk sektor-sektor hijau, misalnya renewable energy, untuk konservasi hutan, water management, dan lain-lain," jelas Dessi.
Dari sisi penerbit, green bond memiliki kesamaan dengan traditional bond, yang mana baik pemerintah, perusahaan, maupun bank dapat menerbitkan surat utang ini. Namun, green bond cenderung menarik jenis investor tertentu, yaitu mereka mengutamakan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam portofolio mereka. Artinya, green bond memberikan pilihan bagi investor yang tidak hanya mencari imbal hasil finansial, tetapi juga ingin berkontribusi pada usaha konservasi dan tanggung jawab sosial.
"Siapa penerbit surat utang ini? Sama seperti penerbit yang lain, pemerintah boleh menerbitkan surat hutang, perusahaan boleh menerbitkan surat hutang, kemudian bank boleh menerbitkan surat hutang, jadi sama untuk penerbitnya siapa. Investornya juga sama seperti tradisional bond ya, tetapi kemungkinan kalau surat hutang hijau diminati oleh investor yang mencari dampak terhadpa lingkungan, dampak terhadap sosial maupun sustainable effort yang lain," imbuh Dessi.
Untuk lebih jelasnya, simak perbedaan antara green bond dan traditional bond dalam tabel berikut!
Mengapa Obligasi Hijau?
Salah satu alasan menerbitkan obligasi hijau atau green bond untuk mendapatkan pendanaan terhadap proyek-proyek hijau yang angkanya cukup besar.
"Kenapa orang menerbitkan surat utang hijau, pertama tentunya kalau surat hutang kan udah bisa jadi instrumen pasar ya, kalau misalkan masuk ke pasar, mudah mencari investor, karena udah masuk ke sistem pasar, orang mencari pakai label green bond supaya bisa mudah untuk pendanaan proyek hijaunya apalagi kalau proyeknya butuh dana yang besar, misalnya 10 juta dollar sampai 100 juta dollar," jelas Dessi.
Selain apa yang sudah dijelaskan oleh Dessi, berikut ini alasan mengapa menerbitkan surat hutan hijau:
1. Meningkatkan pembiayaan hijau untuk infrastruktur dan inovasi
Obligasi hijau menyediakan pendanaan penting bagi proyek berskala besar yang sulit dibiayai melalui cara konvensional. Contohnya infrastruktur hemat energy dan transportasi berkelanjutan.
2. Mendorong tanggung jawab korporat dan praktik berkelanjutan
Dengan menerbitkan obligasi hijau, perusahaan berkomitmen untuk menerapkan praktik yang lebih berkelanjutan dan terdorong untuk mengintegrasikan keberlanjutan dalam strategi bisnis mereka. Trend ini membantu perusahaan bergerak menuju tanggung jawab lingkungan jangka panjang.
3. Menutup kesenjangan pembiayaan di pasar berkembang
Obligasi hijau membantu menjembatani kesenjangan pembiayaan di pasar berkembang, yang mana inisiatif lingkungan sangat penting tetapi sering kali kekurangan dana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H