"Pantai Renggek itu dikelola oleh ibu-ibu, dulu pas dibuka 2018 masih bagus setelah ada abrasi akhirnya banyak pohon hilang dan spot foto juga hilang kebawa ombak," Tutur Teh Aas.
Untuk mencegah abrasi serta kerusakan lebih lanjut yang ditimbulkan, KWT Perempuan Nelayan Pulau Pari bersama-sama melakukan penanaman dan pengelolaan kawasan mangrove. Aktivitas yang dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman, sampai perawatan.
Selain itu, di tengah kesibukan ibu-ibu Pulau Pari yang berdagang, membuka jasa katering, hingga penyewaan snorkeling, mereka menyempatkan untuk menanam dan mengelola kebun KWT. Kebun tersebut sebagai bentuk kemandirian ibu-ibu Pulau Pari dalam menyediakan sumber pangannya sendiri. Kebun ini juga menjadi salah satu pemasukan untuk modal perawatan Pantai Renggek.
"Misalnya kita panen kangkung, kita bagi kelompok dulu, kalau kelompok udah kebagian semua baru kita jual terus uangnya jadi uang kas untuk bersih pantai," Jelas Teh Aas.
Upaya Teh Aas merupakan bentuk niat baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Pari termasuk juga ibu-ibu di dalamnya. Dirinya sadar, bahwa kelestarian Pulau Pari ada di tangan dan masyarakat setempat. Pun, jika Pulau Pari alamnya lestari, masyarakat juga bisa ikut merasakan dampak baiknya.
"Pantai, kebun, laut itu udah menjadi bagian hidup kita, karena di pulau ini kita lahir, di pulau ini kita besar, dan mungkin di pulau ini kita juga mati," Pungkas Teh Aas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H