Mohon tunggu...
Lindung Pardede
Lindung Pardede Mohon Tunggu... Trader -

ketika diam, kita bisa memaknai hitam berwarna putih dan putih berwarna hitam. semoga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kopi Pahit Racikan Ahok untuk Pilkada Serentak

4 September 2015   18:03 Diperbarui: 4 September 2015   18:03 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbahagialah engkau tanah,

Kalau rajamu seorang yang berasal dari kaum pemuka,

Dan pemimpin-pemimpinmu makan pada waktunya dalam keperkasaan

Dan bukan dalam kemabukan!

 

                Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mencanangkan Pelaksanaan pemilihan kepala daerah pada akhir tahun 2015. Sehubungan dengan itu, partai-partai politik dan para calon kepala daerah sudah berbenah dan mempersiapkan diri untuk mengikuti perhelatan akbar ini. Tim Sukses pemenanganpun sudah bekerja menyingsingkan lengan baju. Aroma persaingan antara kubu masing-masing calon mulai terasa memanas. Televisi, Surat Kabar, Media Sosial bahkan pohon-pohon tak berdosapun diberdayakan untuk memenangkan calon-calon tersebut. Lantas dimana kaitan Ahok – Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada yang akan dilaksanakan serentak ini?

Ada apa dengan Ahok?

                Sejak menjabat sebagai kepala daerah di ibu kota, Basuki Tjahaja Purnama yang kerap disapa Ahok telah muncul sebagai sosok pemimpin yang fenomenal. Ketika bapak Joko Widodo terpilih sebagai Presiden RI, banyak pihak yang memprediksi, bahwa Ahok tidak akan dilantik mengisi jabatan gubernur yang kosong, karena banyak pihak yang keberatan dengan hal tersebut. Ahok bukan berasal dari kelompok mayoritas di Jakarta, baik dari suku maupun agama. Tetapi akhirnya Ahok dilantik dan mulailah sepak terjangnya sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.

Bagaimana Ahok memimpin DKI Jakarta?

                Kontroversial. Ya kontroversial adalah kata yang hampir tepat untuk menggambarkan bagaimana Ahok memimpin. Keputusan dan kebijakannya sering membuat orang menggeleng-gelengkan kepala. Bukan karena keputusan dan kebijakan yang diambilnya tidak masuk akal. Tetapi karena sebaliknya, keputusan itu dinilai tepat tetapi selama ini hanya dipikirkan, tinggal sebagai wacana dan tidak kunjung dilaksanakan maka Ahok muncul mewujudkannya. Ahok adalah orang yang idealis yang berani terjun ke dunia politik, dunia yang bagi sebagian orang dianggap sebagai dunia bagi-bagi duit, sarangnya korupsi. Ahok dengan tegas menunjukkan dirinya sebagai orang yang menentang korupsi, bukan hanya di mulutnya, tetapi tindakannyapun membuktikannya, proyek pengadaan UPS menjadi salah satu contoh. Di kalangan Pegawai Negeri Sipil di daerah DKI Jakartapun Ahok memberikan gebrakan, pergantian posisi dan pemecatan bagi oknum PNS yang tidak disiplinpun menjadi berita yang menggegerkan. Perubahan pada sistem birokrasi yang diusung oleh Ahok terasa menggigit.

                Bukan hanya pada jajaran di bawahnya Ahok berlaku tegas, Preman-preman yang beroperasi melakukan pungutan liar di daerah DKI Jakarta juga dibuat gerah dengan pernyataan Ahok bahwa dialah kepala Preman di Jakarta. Bahkan ormas yang terkenal berani bertindak anarkis seperti FPI pun kehabisan kata menghadapi Ahok. Hubungan dengan DPRD juga tidak terlalu mulus, perbedaan sudut pandang tentang pembangunan dan alokasi dana sering membuat mereka bersitegang. Relokasi pemukiman warga dan tempat berdagang yang dilakukan Ahok terasa berat dan kejam. Oleh karena itu warga, pedagang yang direlokasi dan tidak tinggal diam para pembela HAM, mencoba mendebat keputusan Ahok. Dan semuanya itu di jawab dengan jelas dalam nuansa yang pedas tetapi sangat cerdas oleh Ahok.

Apa yang telah dibuat oleh Ahok bagi Jakarta?

                Ahok banyak membuat keputusan yang tidak populer di Jakarta. Keputusan populer saya artikan sebagai keputusan yang diterima oleh pola pikir kebanyakan orang. Oleh karena itu, tindakan dan keputusan Ahok tidak populer bagi orang-orang karena keputusan itu membuat perubahan dan ternyata mengganggu zona aman beberapa kelompok atau golongan. Orang-orang yang tidak mengerti, orang-orang berbeda pendapat dan orang-orang yang terganggu menyuarakan suaranya. Tetapi semakin mereka berteriak, orang-orang yang mendengar teriakan mereka semakin mengerti esensi dari keputusan Ahok. Sehingga bukan hanya warga Jakarta yang bisa menilai, tetapi di luar Jakarta bisa juga memandang Ahok dan membandingkan dengan kepala daerah mereka masing-masing.

Kopi Pahit Racikan Ahok untuk Pilkada Serentak 2015

Jawaban Ahok yang berkata “Dia tidak takut tidak dipilih di 2017” cukup mencengangkan. Dimana para calon pemimpin daerah yang lain berusaha agar orang-orang memilih mereka di kampanyenya. Memberikan janji-janji yang indah bila mereka terpilih, tetapi Ahok melalui semua yang telah dia lakukan untuk Jakarta berkata, tidak takut tidak dipilih. Tentu apa yang dilakukan oleh Ahok menjadi harapan bagi warga Indonesia tentang seorang pemimpin daerahnya. Pemimpin yang mau bekerja untuk kemajuan daerahnya, bukan hanya sekedar pemimpin yang duduk di meja pimpinan. Pemimpin yang memang berani melawan korupsi karena si pemimpin tidak korupsi. Pemimpin yang tidak sembunyi dibalik topeng agama, tetapi pemimpin yang tindakannya mengamalkan ajaran agamanya. Pemimpin yang berani buat keputusan untuk kepentingan orang banyak, bukan karena keputusan suara terbanyak. Pemimpin bukan orang yang saat kampanye alim tapi setelah terpilih bertindak dan ambil keputusan yang lalim. Pemimpin adalah orang yang bekerja bukan orang yang hanya diam tetapi diam-diam menggerus uang rakyat. Tidak persoalan agamanya apa, selama mengamalkan ajaran agamanya, dia akan membawa kebaikan. Kopi racikan Ahok, terasa pahit, tetapi bagi penikmat kopi, yang mengerti kopi, itu terasa nikmat. Terasa pahit, tetapi bermanfaat.

Semoga setiap calon pemimpin daerah berani berkata, dia bukan Ahok, tetapi berani memimpin seperti Ahok. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun