Mungkin saja 'diam'nya adalah sebuah pilihan pahit yang harus ia tempuh, karena kesadarannya akan 'kekuatan' yang dimiliki suaminya tidak mungkin ia lawan, apapun yang terjadi ia sadar bahwa ia akan kalah, tidak ada gunanya ia membela diri, atau mungkin juga ia sangat mengenal karakter suaminya yang sudah menikahinya dua puluhan tahun, yaitu semakin dilawan, semakin menjadi dan lidahnya bisa lebih tajam dan menyakitinya lebih dalam lagi.Â
Atau mungkin juga bagi sang mantan istri, melindungi anak-anaknya dari 'luka' atas hujatan-hujatan yang lebih sadis yang ditujukan kepadanya adalah yang utama, dan yang terpenting.
Mari kita belajar dari kasus tokoh terkenal itu, untuk lebih bijak memilih mau diam atau bicara? Kadang-kadang memang kita harus dihadapkan dengan sebuah pilihan antara yang pahit dan yang lebih pahit. Dan waktunya kita untuk memilihnya dengan sadar dan tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H