Mohon tunggu...
Linda Wahjudi CHt
Linda Wahjudi CHt Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hipnoterapis

lahir di kota Pasuruan, 30 Agustus 1963

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi, Petaka atau Keberuntungan?

10 November 2020   08:51 Diperbarui: 10 November 2020   08:52 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid 19, mau tidak mau, suka tidak suka, sudah memporak-porandakan kebiasaan-kebiasaan kita selama ini. Pola hidup kita yang bertahun-tahun sudah kita jalani, sudah kita lewati, harus berubah seketika.

Bahkan segala bentuk kenyamanan hidup banyak yang harus kita relakan pergi begitu saja, apalagi ditambah kesulitan dalam bidang ekonomi yang imbasnya mungkin kena kita juga cukup membuat kita 'gelisah' juga.

Banyak orang yang mungkin sudah mengajak kita untuk merefleksikan dampak pandemi dalam hidup kita, dan kali ini saya benar-benar ingin mengajak anda berani untuk merefleksikannya secara tertulis. Mengapa menulis? karena manulis membuat anda belajar berkali-kali lebih banyak dari pada yang tidak menuliskannya.

Mungkin ada diantara anda yang bertanya lagi mengapa harus merefleksikan? Apa gunanya buat hidup anda? Dengan merefleksikannya, anda akan jauh lebih mudah dan lebih lepas untuk bersyukur, serta lebih tahu langkah-langkah apa yang bisa anda ambil dalam menyikapi 'hidup baru' yang ada alami.

Sebagai pertanyaan penuntun yang mungkin bisa membantu anda adalah perubahan-perubahan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup anda yang notabene paling anda rasakan? 

Nanti dari jawaban-jawaban yang sudah anda tuliskan, silahkan anda pilah-pilah sendiri, mana yang menurut anda menjadi berkat bagi anda, atau mana yang menjadi petaka bagi hidup anda.

Sebagai contoh kecil di dalam kehidupan di sekeliling saya, banyak teman-teman yang seusia saya mempunyai kelompok-kelompok dan komunitas dansa-dansi, hang out, ataupun plesiran ke dalam dan luar negeri, dengan adanya pandemi ini, mereka seperti 'terpukul' dan 'tidak tahan'. 

Bak api dalam sekam, demikianlah bisa diperumpamakan kegalauan hati mereka, sangat tersiksa. Karena untuk mereka perubahan gaya hidup di masa pandemi ini sungguh sangat menyiksa dan membawa petaka.

Tidak berbeda dengan apa yang saya alami, pandemi ini juga banyak sekali mengubah kebiasaan hidup saya secara drastis dan sekejap. Tetapi saya menjadi sangat antusias dan menikmati segala tantangannya. 

Misalnya, saya yang biasa tidak punya waktu untuk diam di rumah, apalagi untuk belajar sesuatu hal baru, sekarang jadi punya banyak sekali waktu, ikut kelas ini, ikut kelas itu, belajar masak ini, itu, pokoknya semuanya dicoba, dipelajari dan dicerna.

Sepertinya waktu saya sekarang tidak habis-habisnya. Saya yang biasanya malas berolahraga dengan alasan banyak kesibukan, kini bisa jogging setiap hari di taman kota. Dan masih banyak hal lainnya yang menjadikan saya merasa kaya, karena bisa punya banyak waktu dan kesempatan menggali semua bakat-bakat yang terpendam selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun