Perayaan maulid nabi yang dikenal dengan "Muludan" adalah sebuah tradisi masyarakat Jawa didesa untuk merayakan hari lahir nabi Muhammad Saw.Â
Perayaan ini merupakan kegiatan rutin yang biasa dilaksanakan di desa yang memiliki nilai-nilai yang agamis. Sehingga menjadi sebuah tradisi masyarakat.
Tujuan utama tradisi ini adalah untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad Saw, caranya dengan mengingat kembali kisah kelahiran dan keteladanan Rasulullah Saw, atau memujinya dengan berbagai kegiatan seperti pengajian, bersholawat (dzikir) dan do'a.
Kegiatan Muludan didesa biasanya diselenggarakan di masjid/lapangan dengan mengadakan pengajian tentang Maulid nabi/kelahiran Nabi Muhammad Saw, masyarakat desa juga membawa nasi yang dibungkus dengan daun pisang dikumpulkan menjadi satu dan dibagikan kepada para tamu yang datang di pengajian. Pengajian maulid nabi pun tidak hanya dihadiri oleh orang dewasa namun remaja dan juga anak kecil turut meramaikan acara Muludan. Pengajiannya juga diramaikan dengan diiringi tabuhan rebana dari para remaja masjid desa.
Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar diperbolehkannya
memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, Meski di zaman nabi tidak pernah
dilakukan, namun tidak lantas kegiatan seperti itu bisa dianggap sebagai bid'ah. Karena
kegiatan peringatan Maulid Nabi, tidak ada kaitannya dengan ibadah ritual, namun
lebih terkait dengan masalah teknis muamalah. Dan dalam masalah muamalah, prinsipnya apapun boleh dilakukan selama tidak melanggar hal-hal yang memang
secara tegas dilarang. Diantara dalil-dalil yang bisa jadikan sebagai dasar
diperbolehkannya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah:
1. Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca sholawat. Q.S Al-Ahdzab:56
2. Rosulullah sendiri mensyukuri atas kelahirannya dan merayakannya dengan
cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setiap hari Senin.
3. Peringatan Maulid Nabi masuk dalam anjuran hadits Nabi untuk membuat sesuatu yang baru yang baik dan tidak menyalahi syariat Islam.
4. Peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama
dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat.
5. Peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, merupakan bid'ah hasanah (bid'ah yang baik).
Menurut, KH. Hasyim Asyari memandang bahwasanya peringatan maulid Nabi yang
baik jika dalam pelaksanaannya mengandung hal-hal yang baik pula, seperti membaca
ayat-ayat Al-Quran, membaca Siroh Nabi. Demikian ini akan semakin meningkatkan
keimanan dan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Disamping itu untuk
mempererat persaudaraan, maka dianjurkan bagi orang yang berkelebihan supaya
memberikan sedekah baik berupa hidangan makanan maupun yang lainnya. Dan tidak mengapa dalam memeriahkan perayaan tersebut dengan
menghadirkan rebana sebagaimana yang terjadi di masyarakat. Karena hal ini
merupakan hal yang mubah dan pernah juga terjadi pada masa Rosulullah Saw.
Menurut saya tradisi Muludan di desa, bagus untuk dilaksanakan karena mengandung nilai agamis untuk anak kecil hingga dewasa, mengingat kembali sejarah tentang kelahiran Baginda Rasulullah Saw dan mempererat hubungan silaturrahim antar masyarakat desa.
Referensi:
Suryanti. 2008. "Menggali makna upacara Maulid Nabi di Padang Pariaman Sumatera Barat". ISI Padang Panjang Jalan Bundo Kanduang No 35 Padang Panjang.
Masruri Ulin Niam. 2018. Perayaan Maulid Nabi dalam Pandangan KH Hasyim Asy'ari. Vol 4 (2). Riwayah: Jurnal Studi Hadis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H