Mohon tunggu...
Linda Triana
Linda Triana Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendidikan Agama Isalam A1 Mahasiswi IAIN Jember

"من يزرٱ يحصد" Barang siapa yang menanam maka ia akan menuainya🌹

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Sih Perenialisme dalam Pendidikan?

20 Mei 2020   19:51 Diperbarui: 20 Mei 2020   19:50 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah mari kita simak penjelasan berikut ini, pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang filsafat Esensialisme, nah pada kesempatan ini saya akan membahas tentang bagaimana sih filsafat perenialisme dalam pendidikan?

Sebelum kita membahas lebih jauh kita harus tau dulu apa sih perenialisme itu?

Perenialisme berasal dari kata perenial yang artinya abadi atau kekal, dapat berarti pulas tiada akhir. Dengan demikian dalam kepercayaan perenial beragam pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia sebagimana realitas pohon bunga yang terus tumbuh dan mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna, dan tetap sepanjang masa dengan gejala yang terus ada dan sama.

Dalam pengertian yang lebih umum perenialisme dapat dikatakan bahwa tradisi juga dipandang sebagai prinsip-prinsip yang terus abadi dan mengalir sepanjang sejarah manusia. Dengan ini dianggap sebagai anugerah tuhan pada semua manusia yang merupakan hakikat insaniah. 

Aliran perenialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai kultural masa lampau. Oleh sebab itu kehidupan modern akibatnya sama dapat menimbulkan krisis dalam segala bidang.

Perenialisme dapat dikenal dengan mudah karena memiliki ciri khas diantaranya:

a. Perenialisme mengambil jalan regresif yaitu kembali pada nilai dan prinsip dasar yang menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.

b. Aliran ini beranggapan bahwa realitas mengandung tujuan.

c. Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah sebagai latihan dan disiplin kita.

d. Beranggapan bahwa kenyataan tertinggi berada dibalik alam, penuh dengan kedamaian, dan bersifat transendental.

Aliran perenialisme ini tetap menginginkan bahwa zaman terdahulu atau lampau harus tetap dipertahankan dan diabadikan. Sebab pada zaman modern seperti sekarang ini banyak yang membawa kerusakan kepada manusia. 

Mereka juga beranggapan bahwa zaman modern ini merupakan zaman yang salah karena pada zaman ini menjadikan krisis di berbagai bidang, baik tingkah laku manusia, kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan budaya mereka yang zaman terdahulu. Dengan demikian aliran ini berinisiatif agar bisa kembali kepada budaya-budaya lama dan ideal karena dual hal ini sesuai dengan prinsip hidup mereka.

Selanjutnya yaitu pemikiran perenialisme tentang pendidikan

Filsafat perenialisme dalam pendidikan lahir pada abad ke-20. Aliran ini lahir dari reaksi pendidikan progresivisme, akan tetapi perenialisme menentang pendapat proresisvisme yang menekankan bahwa perubahan sesuatu yang baru. 

Perenialisme memandang situasi dunia pada saat ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural. Solusi yang ditawarkan oleh kaum perenalis yaitu dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh dan kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. 

Oleh karena itu perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia yang sekarang seperti dalam kebudayaan yang ideal.

Setelah membahas tentang bagaimana perenialisme dalam pendidikan, nah disini ada beberapa tokoh filsafat pendidikan perenialisme sebagai berikut:

1. Robert Maynard Hutchins

Ia adalah seorang tokoh filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika serikat. Ia lahir pada tanggal 17 januari 1899. Di usia yang ke 30 sekitar pada tahun 1945-1955 ia menjadi seorang presiden termuda di Universitas Cicago. Robert merupakan juru bicara dalam aliran perenialisme. Ia beranggapan bahwa pendidikan harus menumbuhkan kecerdasan dan perkembangan.

Jadi, tujuan dari pendidikan ialah harus mengembangkan kekuatan pikirannya karena menurutnya pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang selalu mengembangkan daya intelektualnya dari dalam diri manusia itu sendiri. 

Dia juga percaya bahwa cara mengembangkan daya intelektual manusia dengan cara membaca dan membahas buku pengetahuan. Ia menekankan bahwa pendidikan harus bersifat universal atau menyeluruh. Ia juga berpendapat bahwa pendidikan mengimplementasikan pengajaran, sedangkan pengajaran mengimplementasikan pengetahuan.

2. Ortimer Adler

Ortimer ini lahir di Amerika serikat pada tanggal 28 desember 1802 dan meninggal pada tanggal 28 juni 2001. Ia mengungkapkan bahwa pendidikan itu merupakan proses dimana kemampuan manusia itu dipengaruhi oleh kebiasaan. 

Kemudian kebiasaan itu di sempurnakan dengan kebiasaan baik. Sehingga kebiasaan baik bisa membantu dirinya bahkan bisa membantu orang lain mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu dengan kebiasaan baik tersebut.

pendidikan sebagai proses yang bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan dan bakat yang sudah dimiliki oleh manusia itu sendiri. Untuk mengoptimalkan kemampuan dengan cara pembiasaan, latihan dan praktek yang dilakukan secara berkesinambungan. 

Jadi, Intinya proses untuk mencetak kepribadian manusia untuk menjadi lebih optimal dan lebih baik lagi kedepannya dengan mengembangkan bakat dan kemapuan yang sudah dimiliki sebelumnya dengan semaksimal mungkin.

Itu tadi pemaparan tentang singkat tentang filsafat perenialisme dalam pendidikan. Sekian, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun