Hallo sobat merdeka!!
Di konten-konten sebelumya sudah Linda uraikan apa itu PMM dan syarat daftar hingga berkas-berkas yang dibutuhkan untuk proses seleksi. Tentunya lebih dari itu, sobat PMM penasaran testimoni langsung dari program PMM ini.Â
Jadi, spesial Linda hadirkan Duta Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Negeri Makassar (UNM) Tahun 2021 yang terdiri atas 3 orang yakni Adryan Andis, Khafifah Darwis, dan Nur Fadillaturrisqui yang merupakan alumni dan mahasiswa UNM angkatan 2018.
Okay yang pertama mari kita lihat tanggapan dari Kak Adryan berikut ini:
Menurut saya PMM itu program yang sangat bagus, utamanya dalam Modul Nusantara. Karena dalam modul nusantara kita bisa belajar kolaborasi, kerjasama, bahasa, etika, Â dan tentu juga berhemat "Yah karena harus tinggal di kampung orang". Â Selain itu dengan ikut PMM kita juga dapat mempercepat kuliah, karena salah satu reward dari PMM adalah hak konversi sampai 20 SKS. Dan secara pribadi saya sendiri merasakan hal tersebut, karena dengan ikut PMM saya bisa lulus 3 tahun 3 bulan.
yah secara keseluruhan PMM sangat bagus, tinggal perlu beberapa pembenahan saja utamanya dalam proses pencairan dana yang harus tepat waktu. Tapi dibalik kekurangannya tersebut, program PMM menurut sya merupakan program yang sangat komplit, jika dibandingkan dengan BKP (Bentuk Kegiatan Pembelajaran) lainnya yang ada pada program Kampus Merdeka.
Mari kita lanjutkan tanggapan dari Kak Khafifah berikut ini:
Melalui program PMM, mahasiswa mampu membuka cakrawala pengetahuan diluar apa yang selama ini mereka dapatkan di kampus. Berbekal ilmu secara teori tidaklah cukup, mahasiswa membutuhkan soft skill dan pengalaman lebih bersama mahasiswa dari berbagai macam latar jurusan yang berbeda, universitas yang berbeda, daerah bahasa serta kebiasaan yang berbeda di satu tempat untuk berkolaborasi dan berbagi fikiran tentang berbagai hal di daerah mereka. Sehingga, mahasiswa tidak terpacu dengan apa yang biasa mereka lihat saja, tapi mahasiswa menjadi mampu meningkatkan kulitas diri mereka dan mensejajarkan diri mereka secara nasional.
Dari program ini, mahasiswa mampu membawa dan memetik kesan tersendiri, membawa dan berbagi cerita diluar kampus dan di dalam kampus mereka setelah memalui program PMM. Nilai plus nya lagi, melalui PMM ini, mahasiswa mampu melihat wonderful-nya Indonesia. Tidak hanya melihat budaya masakan kebiasaan di daerah mereka saja, tapi dari PMM ini mereka jauh tau bahwa oh ternyata begini yah di daerah lain, begini yah bahasa mereka, begini yah budaya mereka. Mereka jadi bisa berbaur dengan suku-suku lain yang mungkin sangat jauh berbeda dengan daerah mereka. Mahasiswa PMM jadi bisa mencicipi makanan khas daerah lain. Saya sangat ingat betapa antusiasnya mahasiswa mentor saya saat ingin mencicipi Coto Makassar. Makanan khas yang sangat mereka idamkan saat kami masih kuliah secara virtual melalui zoom.
Saya sebagai mentor sendiri, merasa begitu tergugah dengan program ini. Saya sendiri banyak belajar dari program ini, saya juga jadi tau bahasa, budaya, adat, makanan khasnya, kebiasaan mahasiswa bimbingan saya dari Sumatra, jawa dan Kalimantan. Saya tidak hanya berbagi informasi dan pengalaman saya seputar Sulawesi Selatan. Tapi saya sendiri belajar banyak tentang budaya dari daerah lain. Saya jadi tau beberapa logat yang mungkin awalnya kedengaran begitu asing, namun semakin lama saya menjadi ikut tau sedikit tentang bahasa mahasiswa mentor saya. Melalui program ini saya menjadi mendapatkan keluarga baru, bukan lagi keluarga di Sulawesi Selatan. Tapi saya mendapatkan keluarga baru se Indonesia ..
Terakhir tidak kalah menarik yaitu tanggapan dari Kak Dilla, chek this out!
Kalau menurut aku sebagai mentor, PMM itu salah satu program Kemdikbudristek yang luar biasa. Yang benar-benar mengimplementasikan secara langsung makna "bertukar sementara, bermakna selamanya".
Kalau aku pribadi, bangga banget bisa jadi salah satu bagian dari program ini. Bisa bertemu dengan teman-teman mahasiswa dari berbagai pulau dan berbagai almamater, jdi bukan hanya mahasiswanya saja yang dapat ilmu. Kami sebagai mentor juga bisa ikut belajar tentang budaya mereka, sesekali bertukar cerita tentang banyak hal, entah itu tentang makanan khas dari daerah masing-masing, dan berbagai keunikan-keunikan yang buat kita takjub dengan perbedaan.
Melalui program ini, makna toleransi benar-benar bisa kita rasakan.
Hal yang paling berkesan bagi saya selaku mentor, saya bisa menambah relasi dengan teman-teman mahasiswa dari berbagai pulau. Rasanya tuh kayak menemukan sebuah keluarga kedua. Walaupun program ini terhitung kurang lebih 4 bulan, luar biasa keakraban yang terjalin diantara mahasiswa, mentor, dan juga dosen.
Kalau minusnya, kayaknya dari segi persiapan yg menurut aku masih kurang matang. Mungkin karna ini program baru, jadi pelaksananya masih sedikit asing sama program ini. Kita juga kadang bingung harus apa dan bagaimana, terlebih tentang honor  mentor dan pendanaan peserta yang sempat mengalami keterlambatan pencairan.
PERSIAPKAN DIRI ANDA, 13 MEI MARI DAFTAR PMM HEHE GOOD LUCK Y'ALL!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H