Oleh Mita Armita
STKIP Muhammadiyah Kuningan Semester 4
PG_PAUD
Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat. Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru yang membudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan berasal dari kaum musalimin. Lantas dimanakah para ilmuwan muslimin itu? Bukankah dalam islam disebutkan bahwa tiap muslim itu diwajibkan menuntut ilmu?Apakah kaum muslimin kini menyadari bahwa kita sedang mengalami apa yang dimaksud engan Ghozwul Fikri (Perang pemikiran)?
Dr Akhtim menjelaskan secara harfiah IPTEK adalah Ilmu pengetahuan dan Teknologi. "Ilmu pengetahuan adalah studi tentang alam serta perilaku dunia fisik dengan alam melalui metode ilmiah. Sebagai proses mengamati, mengidentifikasi, eksperimen, deskripsi, penyelidikan, dan penjelasan teoritis tentang fenomena alam tersebut. Sedangkan teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu," ungkapnya
Sehingga dalam pemaparannya IPTEK adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan. Banyak perspektif menyikapi perkembangan teknologi. Dr Akhtim menjelaskan bahwa masih ada masyarakat yang menolak perkembangan teknologi karena perbedaan. Baik perbedaan prinsip maupun keyakinan.
Faktanya Dr Akhtim menjelaskan "menurut Muhammad Ijazul Haq dari Universitas Damaskus menemukan sebanyak 750 ayat al-Qur'an membicarakan mengenai ilmu pengetahuan. Sehingga Perkembangan IPTEK seharusnya menjadi ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan dimanfaatkan untuk kehidupan beragama," ujarnya.
"IPTEK adalah keilmuan yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang dan mampu menjadi alat untuk menyelesaikan masalah. Menjadi suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh seseorang, karena sangat pentingnya, hal tersebut sering disebut dalam Al-Qur'an, artinya islam sangat menganjurkan pengembangan IPTEK," imbuhnya.
Manfaat perkembangan IPTEK bagi Islam dibuktikan dengan Pembelajaran al quran futuristik yang menggunakan teknologi metaverse. Sehingga belajar Al Quran akan lebih efektif dan menarik bagi anak-anak.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sedemikian cepat, membuat manusia terlena. Disadari atau tidak secara tidak langsung, para kaum Nasrani dan Yahudi mengubah pola perang mereka, dari fisik menjadi pemikiran. Melalui teknologi, saluran komunikasi, informasi perang itu terjadi. Lihat saja berbagai situs di internet yang terkadang kita tidak diketahui sumbernya beanr/tidak, menjadi saluran/strategi perang pemikiran yang efektif. Lihat saja kenyataannya, tidak sedikit situs-situs jaringan seperti Friendster, dsb menjadi rutinitas dan hal yang utama bagi tiap remaja untuk mencari teman, dsb. Dan bila kita tidak cerdik mengikapi perkembangan teknologi dan informasi ini, kita bisa terseret bahkan menjadi budak teknologi. Dan tidak sedikit terjadi waktu sholat/ibadah terbuang karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bila manusia telah jauh dari Iman, dari islam dan Tuhannya, ilmu yang ia miliki tidak akan memberi manfaat, malah dapat menjadi penghambat atau menimbulkan kerusakan.
Oleh sebab itu sebagai insan cendikia yang bernafaskan islam, sudah selayaknya dalam menuntut ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi, hendaknya juga dilandasi oleh iman, dan secara cerdik memanfaatkan saluran informasi dan teknologi itu untuk menghadapi perlawanan terselubung kaum Nasrani dan Yahudi. Sudah seharusnya kaum muslimin mengendalikan teknologi untuk kebaikan bukan menjadi budak teknologi sehingga dapat menghadapi Ghozwul Fikri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H