Tidak semua ibu memiliki waktu mengajak anak memasak bersama. Meski begitu bukan berarti tidak bisa. Aku sendiri banyak menghabiskan waktu diluar rumah. Diantara tujuh hari, weekend adalah waktu yang asyik untuk memasak sekaligus beres beres dapur.
"Mengapa mengajak si kecil memasak bersama? Tambah kotor 'kan? Tambah lama 'kan memasaknya? Kalau si kecil kena cabai? Kena pisau?"
Awalnya aku mikir seperti itu juga. Duh tambah riwueh! Seiring waktu si kecil sudah duduk di kelas 2 SD, ketika aku sedang menyapu, dia diam saja, tidak ada inisiatif membantu. Di dapurpun seperti itu, apapun aktivitas yang ia lihat tidak ada inisiatif apa-apa.
Nah, khawatir dengan dampak si kecil tidak terlibat dalam kegiatan dapur, sejak saat itu mulailah aku mempelajari manfaat memasak bersama si kecil untuk tumbuh kembangnya. Ilmu tersebut menyemangati aku agar tidak ego. Mau cepat selesai dll. Ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu melatih life skill anak.
Life Skill
"Ah, mau cepet nih!". Begitulah salah satu alasan yang dulunya memberatkanku untuk mengajak anak masak bersama. Inginnya mau cepat selesai lalu melanjutkan pekerjaan lainnya.
Nah, mind set seperti itu perlahan aku hilangkan. Tidak apa apa jika pekerjaan lainnya harus dialihkan kepada orang lain. Sudah disepakatin kalau setiap weekend adalah waktu bersama anak di dapur.
Ternyata, memasak bagi anak merupakan life skill dasar yang harus mereka miliki. Sehingga jika sewaktu waktu sendiri di rumah, mereka tidak bingung mau makan apa. Tidak cangung lagi dengan peralatan dapur. Sudah paham mana alat yang aman dan berbahaya. Mana yang boleh mereka gunakan atau tidak boleh diganggu. Ketika akan menggoreng telur, cukup putar ke kanan Kompor Rinnai. Letakkan kuali, beri minyak, lalu goreng. Selesai.
Melatih Kepekaan dan Tanggung Jawab
Jadi, semenjak si kecil ikut memasak di dapur, kepekaan terlatih. Melihat aku sibuk di dapur langsung bertanya, "masak apa Mi? Kakak bantu apa ya?" Meskipun dia baru datang tergopoh-gopoh dari sekolah, tetap antusias mau menolong.
Selain itu, aktivitas memasak bersama si kecil juga mengajarkan tanggung jawab. Misalnya, kakak berhasil menyelesaikan tugasnya yaitu memotong sayuran. Dari sini, ia belajar untuk tidak "menuntut" ibu yang mengerjakannya semua. Ia mulai paham, ada tugasnya juga.
Anak Memperoleh Kepercayaan
Aku memberikan respon positif terhadap hasil pekerjaan di dapur. Hmmm, awalnya berat ! Misalnya si kakak mencuci piring. Masih terasa licin permukaan piring jika disentuh tangan. Yang kulakukan adalah mengajarinya dengan pelan. Bahwa begini, cara membasuh agar bersih.