PENDAHULUAN
Herbert Marcuse adalah seorang filsuf Jerman Yahudi. Pada awalnya Herbert Marcuse dipengaruhi oleh Hegel, Karl Mar, Gyorgy Lukacs dan Max Weber.
Kemudian dia ikut bergabung dengan Mazhab Frankfurt. Keberadaannya di institusi itu adalah untuk membuat satu reformasi terhadap ajaran Marxisme dan melakukan kemantapan individual melalui analisa kritisnya terhadap pendekatan pada realita sosial yang terjadi pada masyarakat yang ada pada saat itu.
Mazhab Frankfurt menyadari adanya kerja sama antara golongan kapitalisme dengan negara merupakan satu yang membahayakan para kaum pekerja, karena keberadaan mereka akan terkalahkan, terutama saat itu sedang terjadi revolusi industri, di mana semakin banyaknya pengadaan mesin-mesin untuk keperluan produktivitas dan pengurangan pekerja akibat dari pengadaan mesin-mesin itu.
Masuknya Hittler dengan Nazi-nya pada tahun 1933 menyebabkan banyak orang Yahudi yang berimigrasi ke luar Jerman, begitu pula Herbert Marcuse, dia pun pindah ke Amerika dan melanjutkan karirnya lagi di sana, di Universitas Columbia, di New York, Universitas Harvard dan Berkeley pada tahun 1950-1960, sehingga dia tetap berkarya di negara Paman Sam itu.
Industri yang berkembang pesat menyebabkan orang yang berilmu pengetahuan bukanlah yang mengatur kondisi, namun ilmu pengetahuanlah yang mengikuti kondisi yang ada. Semua yang dilakukan cenderung untuk kebutuhan industri.
Marcuse mengkritik kondisi itu dalam beberapa karyanya tentang kapitalisme, dalam sintesis “Eros dan Peradaban” (1955) dan buku “Manusia Satu Dimensi” (1964). Menurut Herbert Marcuse, manusia dewasa adalah manusia satu dimensi. Dengan berdasarkan makna hermeneutik akan terlihat bagaimana Herbert Marcuse mencoba dalam tulisannya ini mengungkapkan perasaannya terhadap kondisi masyarakat yang dikuasai oleh para kapitalis.
PERMASALAHAN
Tulisan ini ingin menjawab pertanyaan “Dalam hal apa saja “Manusia Satu Dimensi” Herbert Marcuse mengkritik masyarakat?”
PEMBUKTIAN
Marcuse mengungkapkan terjadinya revolusi industri harus diikuti dengan kuatnya persatuan dalam masyarakat. Masyarakat itu bisa menjadi lebih kaya, maju dan mempunyai struktur pertahanan akan menjadi kuat bila kebutuhan politis masyarakat dijamin sehingga bisa mendukung kegiatan bisnis dan kemakmuran rakyat.
Setiap tatanan yang melibatkan unsur politik dan intelektual bisa menjadi satu hal yang baik bisa juga memburuk. Pentingnya kegunaan mesin menyebabkan lebihnya kepentingan mesin dari pada kepentingan individu sehingga sering disalahgunakan menjadikan mesin sebagai instrument politik dan sering dijadikan alat politik.
Adanya pemunculan masyarakat baru dianggap oleh Marcuse sebagai satu perubahan dari tradisional ke modern, Marcuse berhadap bahwa itu akan menguntungkan masyarakat pekerja, tapi ternyata di luar perkiraan. Adanya pemusatan perekonomian nasional yang ditujukan kepada kebutuhan kekuatan raksasa yang cenderung untuk kepentingan politik dengan kekuatan besar ketimbangan kepentingan partai politik kecil yang ingin menyuarakan suara hati rakyat.
Marcuse mengkritik masyarakat yang tadinya sebagai satu individu mempunyai hak sebagai penentu pada perekonomian bebas, akhirnya tergantung dari proses mekanisasi dan standardisasi. Marcuse mengkritik tentang adanya pemusatan ekonomi nasional yang semuanya adalah berdasarkan aturan dari korporasi-korporasi besar yang berada di bawah kekuasaan pemerintah.
Adanya kebudayaan mass, di mana masyarakat industri dicecoki oleh budaya-budaya barat hasil rekayasa kaum kapitalis, di mana para pembuat karya sastra harus menghasilkan karya sastra atas permintaan kaum kapitalis, demikian juga para seniman lainnya, karyanya berdasarkan keinginan para pemilik modal, bukan atas inisiatif mereka semata. adanya satu konformisme dalam sistem bekerja manusia dan perilaku sosial masyarakat di sekelilingnya. Semesta wacana dibuat dengan menggabungkan situasi kehidupan yang ada saat ini.
Nalar sebagai satu kekuatan yang bisa membedakan antara yang baik dan buruk dan bersifat teoritis dan praktis, di mana semua kondisi yang dilakukan dalam masyarakat berdasarkan nalar. Adanya perubahan dari pemikiran yang negatif menuju pemikiran positif, di mana rasionalitas teknologis dan logika mendominasi kehidupan masyarakat pada masa itu, adanya kemenangan pemikiran positif terhadapat filsafat satu dimensi. Menurut Marcuse, masyarakat satu dimensi mempunyai ciri-ciri:
1. Administrasi total, merupakan satu sistem yang akan mengelola dan mengatur semua kekuatan dalam masyarakat dalam satu tangan atau kekuasaan. Marcuse berharap dalam administrasi total ini, antara golongan pemilik modal dan para pekerja bisa bekerja sama tidak berdasarkan keinginan para pemilik modal saja. Jadi ada yang mengatur keseimbangan ini.
2. Bahasa fungsional, bahasa merupakan alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, maka digunakanlah untuk urusan utama administrasi total, untuk kepentingan individu dan para majikan.
3. Penghapusan sejarah, ada kelangsungan dalam berpikir, memahami dan mengatur fakta dan data dan kejadian. Dalam mengerti, memahami, dan mengatur adanya kesimbangan kejadian yang masuk ke dalam pikiran dibutuhkan nalar untuk mengelolanya semua. Dari sanalah timbul satu kesadaran akan baik dan buruk, nalar menjadikan pikiran jadi kritis, jadi semua yang menyakitkan di masa lalu tidak diingat di masa yang akan datanga. Ternyata berpikir kritis itu tidak menghalangi kegiatan para penguasa, maka kesadaran itu harus dihilangkan. Itulah yang dilakukan oleh penguasa dengan menggunakan bahasa fungsional untuk menutup mulut orang agar tidak banyak bicara tentang masa lalu yang sekiranya akan menghalangi kegiatan para kaum kapitalis
4. Kebutuhan palsu, merupakan satu kebutuhan yang dibebankan atas nama kepentingan sosial kepada setiap individu. Markus merasa dalam masyarakat terjadi adanya penciptaan satu konsep tentang kebutuhan palsu oleh penguasa yang ditujukan seolah-olah untuk kepentingan masyarakat.
5. Imperium citra, merupakan pencitraan bagi para calon presiden atau partai politik, sehingga segala sesuatu dipusatkan untuk menaikan citra mereka. Marcuse sebenarnya menginginkan hal yang baik, walaupun masyarakat sudah berkembang menjadi masyarakat industri, kelas pekerja tetap diperhatikan. Dia berharap konsep manusia satu dimensi itu sebagaimana satu kritik terhadap pemerintah dan juga pemilik modal agar memperhatikan nasib masyarakat.
KESIMPULAN
Herbert Marcuse berharap dengan teori-teori kritis yang terdapat pada karyanya “Manusia Satu Dimensi” bisa berpengaruh terhadap kondisi masyarakat pada saat itu, yaitu:
- Diperhatikannya nasib kaum pekerja dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempelajari penggunaan mesin-mesin untuk berproduksi agar mereka bisa ikut serta dalam memajukan perekonomian bangsa.
- Tidak digunakannya masyarakat untuk kepentingan satu golongan atau partai politik atau kandidat pemimpin.
- Kaum pekerja seni diberikan kebebasan untuk berkarya, tidak ditujukan untuk kepentingan kaum atas atau untuk kepentingan politik.
- Mengajak masyarakat untuk tidak menjadi konsumtif karena gencarnya para pemilik modal menghasilkan barang-barang yang menyebabkan daya beli masyarakat meningkat. Mungkin bagi yang mempunyai uang cukup tidak menjadi masalah, bagaimana dengan yang tidak? Akan menciptakan masalah baru, terjadinya tindak kriminal sebagai satu ketidakmampuan daya beli masyarakat sementara di depan matanya banyak barang yang menggiurkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Darmadji, Agus. Herbert Marcuse Tentang Manusia Satu Dimensi. Ilmu Shuluddin, Vol. 1 No 6, Juli 2013, p. 520-521
Gadamer, Hans-Georg. Kebenaran dan Metode. Penerbit Pustaka Pelajar, 2020, p. 473 - 474.
Marcuse, Herbert. Manusia Satu Dimensi. Penerbit Narasi, 2016, p. 3.
Saeng, Valentinus. Herbert Marcuse Perang Semesta Melawan Kapitalisme Global. PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012, p. 12.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H