[caption id="attachment_196240" align="aligncenter" width="300" caption="bonchicmi.wordpress.com"][/caption]
[caption id="attachment_196241" align="aligncenter" width="300" caption="www.qwords.com"]
Pertama kali melihat rainbow cake, saya langsung teringat pada kue lapis tepung beras jajanan khas Indonesia yang banyak kita temui di pasar-pasar tradisional. Penampilannya hampir serupa. Berlapis-lapis.
Namun, tampilan rainbow cake memang menarik. Terdiri dari 6 warna pelangi yang disusun satu demi satu, dilapisi oleh krim keju (cheese cream) atau krim mentega (butter cream), dilengkapi dengan taburan mesis warna warni yang semakin menggugah selera.
Sedikit berbeda dengan kue lapis tepung beras, yang juga berlapis-lapis; warna kue lapis tepung beras tidak sebanyak rainbow cake. Paling banyak 3 warna, itu pun bukan warna pelangi. Atau kadang hanya 2 warna, warna lebih tua dan warna lebih muda.
Sekitar 1 bulan yang lalu, ketika saya ditawari teman saya untuk memesan rainbow cake buatannya, saya belum terlalu tertarik. Beberapa hari kemudian, ketika saya menemukan beberapa rainbow cake di toko-toko roti, saya mulai penasaran. Sekilas, kue ini tampak seperti bolu biasa, tapi warna warni. Apa enaknya??? Maklum, kalau urusan kue bolu, saya percaya sekali tidak ada yang melebihi kelezatan kue bolu lapis surabaya buatan sepupu saya yang memang tukang bikin kue.
Karena penasaran, saya pun memesan satu potong kecil di sebuah toko roti di Jakarta. Tampilannya begitu memikat. Saya benar-benar tergiur. Keenam warna-warna pelangi yang cerah ditumpuk rapi menjadi satu, dibalut dengan krim mentega tipis, dan dikemas dalam wadah cantik. Saya sungguh tak sabar menikmati.
Potongan demi potongan saya habiskan. Rasanya seperti makan kue bolu bantet. Bagi saya pribadi, kue bolu bantet tetap enak. Dan untuk rainbow cake ini, disertai dengan krim mentega yang tidak terlalu manis, menciptakan citarasa pas di mulut saya. Ah, ini rupanya yang membuat kue ini begitu digemari saat ini. Selain warnanya yang atraktif, rasanya pas, tidak terlalu manis, dan saya yakin krim mentega ini bisa diganti oleh krim apa pun (krim keju, seperti yang saya sebutkan tadi adalah salah satu kesukaan saya juga).
Apa ya yang kira-kira mengilhami pencipta rainbow cake ini untuk membuatnya? Ah, rupanya orang yang pertama membuatnya adalah seorang mahasiswi perguruan tinggi di Amerika bernama Kaitlin Flannery. Awalnya ia ingin memberikan kejutan pada sahabatnya yang sangat menyukai pelangi. Lalu dia pun membuatkan kue, yang ketika dipotong, ada warna pelangi di dalamnya. Kue ini pun dimuat dalam blog pribadinya, dan menarik banyak minat dari para pembaca dunia maya. Salah satunya adalah Martha Stewart, seorang pebisnis asal Amerika yang juga ahli dalam bidang kuliner dan gaya hidup. Kaitlin Flannery diundang ke acara Martha Stewart Show pada bulan April 2010. Sejak saat itu, rainbow cake menjadi jauh lebih dikenal dan menginspirasi banyak orang untuk berkarya di dunia kuliner.
Popularitas rainbow cake mampu menghidupkan usaha rumah-rumah industri kuliner yang saat ini memang banyak menjamur di Indonesia. Setelah cupcakes, saya rasa saat ini rainbow cake sedang merajai pasar industri kue Tanah Air. Bahkan banyak juga vendor yang khusus melayani pesanan kue pelangi ini, melengkapi koleksi mereka dengan berbagai variasi hiasan, bentuk, dan rasa. Woww..!
Saya sebagai penggemar kue, merasa senang dengan pilihan baru ini. Namun saya rasa, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatan menyantap kue lapis tepung beras. Kue lapis biasanya saya nikmati lapis demi lapis. Ya, saya tidak pernah menyantapnya dalam 1 gigitan sekaligus. Hihihi.... :D
Saya memisahkan lapis demi lapis, lalu sibuk menganalisa apakah rasanya akan berbeda, seperti warnanya yang juga berbeda. Itulah kebiasaan saya dari kecil hingga sekarang. Walaupun saya tau, rasanya akan sama saja, ntah mengapa saya masih berharap saya bisa menemukan rasa lain dalam lapisannya yang berbeda.
Kue lapis tepung beras ini dibuat dengan penuh ketelatenan. Saya pernah melihat ibu kos saya di Jogja (dulu) membuatnya. Lapisan demi lapisan ditumpangkan satu demi satu. Dan setelah semua lapisan tersusun, masih harus dikukus lagi selama kurang lebih 30 menit.
Karena proses pembuatannya yang tak sebentar, saya makin tidak rela menghabiskannya dalam sekejap. Jadilah saya memelihara kebiasaan saya menyantap kue lapis itu selapis demi selapis. Kue lapis ini juga kerap menjadi hidangan dalam acara-acara penting keluarga atau perayaan-perayaan di Indonesia, karena makna yang terkandung di dalamnya. Kue lapis yang lengket dan berlapis-lapis, diharapkan menjaga kelekatan persaudaraan antar manusia, dan tetap diberikan berkat, rejeki, yang berlapis-lapis, sebanyak lapisan kue itu (konon, semakin banyak lapisannya, semakin banyak rejekinya). Percaya atau tidak, terserah anda. Inilah Indonesia. Selalu ada makna di balik semua yang ada, bahkan dibalik sepotong kue lapis tepung beras.
Kue yang sangat Indonesia ini mungkin tidak akan pernah menjadi sepopuler rainbow cake yang memesona itu. Namun kue lapis ini begitu melegenda, telah dinikmati turun temurun, dari masa ke masa. Biarpun tidak populer, tapi tetap menjadi jajanan yang paling saya cari di pasar selain lemper. Apalagi dinikmati dengan secangkir teh hangat sambil menemani anak-anak bermain sepeda di sore hari. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H