[caption id="attachment_108416" align="alignleft" width="300" caption="www.mohabat.tv"][/caption]
Malam ini, saya memberanikan diri untuk menonton [kembali] film Passion of The Christ karya Mel Gibson.Tayangan kali ini diselingi iklan-iklan, tidak seperti tayangan beberapa tahun lalu di salah satu TV swasta nasional, dimana film ini ditayangkan non stop [blocking time] tanpa iklan. Menyaksikannya dengan atau tanpa iklan, sebenarnya tidak masalah buat saya, karena saya masih bisa merasakan situasi yang ingin digambarkan oleh sang sutradara.
Adegan demi adegan digambarkan sangat detail dan rinci. Ketika saat ini saya mengetik, saya sedang menyaksikan adegan ketika Yesus dicambuk dengan pecut.
Tiba-tiba terbersit tanya dalam hati,
"Siapakah aku ini Tuhan? Hingga Engkau rela membiarkan diriMu dicambuk, dimahkotai duri, bahkan dihina oleh para algojo dan serdadu.
Setelah kesemuanya itu, bahkan Kau rela memanggul salib yang berat hingga GOLGOTA.
Tak hanya memanggulnya, Kau juga dipaku disana.
Tergantung, hingga wafat.
Ketika kau wafat itulah, baru orang-orang percaya, bahwa Engkaulah Anak Allah.
WajahMu bersimbah darah. Murid-murid Mu hanya diam.
Bahkan Petrus, yang mengakui diri adalah pengikut setia Mu, menyangkal sampai TIGA KALI bahwa dia adalah murid-Mu!"
Kalimat-kalimat itu muncul begitu saja.
Memang setiap menyaksikan film ini, saya seperti diingatkan kembali akan siapa saya.
Yesus mau melakukan ini semua karena KASIH nya kepada manusia.
HUKUM CINTA KASIH adalah hukum yang sangat mudah dimengerti, namun sulit untuk dilaksanakan.
Saya jadi teringat salah satu lagu pujian gereja pada Misa Kamis putih tadi,
"Ajarilah kami, Tuhan … Bahasa Cinta Kasih…"
Karena memang tidak semudah itu untuk mengerti arti kehadiran kita bagi orang lain.
Tidak semudah itu untuk mengasihi sesama.
Tidak semudah itu menghargai perbedaan.
Tidak semudah itu memaafkan.
Kita masih harus terus diingatkan untuk belajar saling mengasihi….dan melayani.
Seperti ketika YESUS membasuh kaki para muridNya, yang menurut saya salah satu contoh keteladanan seorang pemimpin yang tak akan lekang oleh waktu. Karena pemimpin itu ada untuk melayani dan mengasihi, memberi contoh baik dan menghormati orang lain.
Sebagai pengikut YESUS, saya ingin tetap berkomitmen untuk hidup dalam jalan kebenaran. Hal ini saya lakukan bukan karena 'reward' atau pahala yang akan saya dapatkan di kehidupan sebenarnya nanti. Bukan, bukan itu. YESUS tidak pernah mengajarkan saya berhitung untuk berbuat kebaikan. Tapi karena IA telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk saya. Saya melakukannya sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih, karena saya adalah orang-orang terpilih yang diselamatkanNya.
SELAMAT PASKAH 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H