5. Masalah Kesehatan
Digitalisasi pendidikan juga membawa dampak pada kesehatan siswa. Waktu layar yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada mata, postur tubuh, dan bahkan kesehatan mental. Siswa yang menghabiskan banyak waktu di depan layar cenderung kurang aktif secara fisik, yang berpotensi memengaruhi kesehatan jangka panjang mereka.
6. Pendidikan Karakter yang Terabaikan
Pendidikan berbasis teknologi sering kali fokus pada hasil akademik dan keterampilan teknis. Namun, aspek pendidikan karakter, seperti membangun nilai-nilai moral, empati, dan tanggung jawab sosial, sulit diterapkan tanpa interaksi langsung yang mendalam. Hal ini dapat mengurangi kualitas pendidikan secara keseluruhan.
7. Menemukan Keseimbangan
Meski ada banyak hal yang hilang, bukan berarti teknologi harus ditinggalkan. Sebaliknya, teknologi dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif jika digunakan dengan bijak. Keseimbangan antara metode tradisional dan teknologi modern adalah kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang holistik.
Guru perlu mengintegrasikan teknologi sebagai pendukung, bukan sebagai pengganti. Misalnya, pembelajaran daring dapat dilengkapi dengan sesi tatap muka untuk memperkuat interaksi sosial. Selain itu, penting untuk memastikan akses teknologi yang merata agar semua siswa dapat merasakan manfaatnya tanpa terkecuali.
Digitalisasi pendidikan menawarkan berbagai peluang, tetapi juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Dengan menyadari apa yang hilang, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk memanfaatkan teknologi tanpa mengorbankan esensi pendidikan itu sendiri. Pada akhirnya, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan, tetapi juga membangun karakter, keterampilan sosial, dan kesejahteraan siswa secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H