Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Film

Validasi "Rasa" Melalui Film Pendek 100% STMJ di 100% Manusia Film Festival 2024

9 September 2024   22:18 Diperbarui: 9 September 2024   22:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisahnya sederhana tapi bikin terharu (Dok. Instagram 100% Manusia)
Kisahnya sederhana tapi bikin terharu (Dok. Instagram 100% Manusia)

Film pendek lainnya yang juga membuat saya termenung adalah "After Midnight (Ba'da Malam)". Perempuan yang memakai rok selutut berjalan menuju ke masjid dini hari itu. Celakanya sepatunya rusak, hak nya patah. Ia pun berjalan terseok dan berencana untuk beristirahat di Masjid sekaligus menunggu waktu subuh tiba. Namun penjaga masjid melihat penampilannya dan mulanya tidak memperbolehkan masuk. Akhirnya wanita ini dapat masuk dan beribadah. Penjaga masjid merasa tertohok, wanita ini juga perlu untuk berkomunikasi secara dekat dengan Tuhan-Nya. Penutupnya sungguh manis, ketika penjaga ini menaruh sendal di sebelah sepatu wanita yang rusak tadi (sudah dimasukkan dalam plastik kresek). Penutup ceritanya sungguh manis dan penuh makna menurut saya.

Film yang sangat realistis dengan dilematis suami istri yang ingin punya anak (Dok. Instagram 100% Manusia)
Film yang sangat realistis dengan dilematis suami istri yang ingin punya anak (Dok. Instagram 100% Manusia)

Selanjutnya tentu film pendek yang saya tunggu-tunggu, "A Ballad In A Sea of Rubbish". Cerita ini juga tak kalah dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Teman saya Kak Jek, berperan sebagai kepala keluarga yang hidup dalam garis kemiskinan menjadi pemulung sampah bersama istrinya. Mereka sudah menikah selama beberapa tahun, namun rupanya belum dikaruniai anak oleh Tuhan. Hingga suatu hari, ada suara tangisan anak bayi dalam gerobak sampah. Anak bayi itu mungkin sengaja ditinggalkan oleh ibunya, entah kemana. Sang suami inisiatif ingin merawat anak tersebut, namun istrinya tidak sudi karena tidak tahu asal muasal bayi, latar belakang dan curiganya hasil hubungan gelap. Si suami kekeuh untuk merawatnya, sedangkan sang istri terus melengos tak peduli. Hingga pada akhirnya luluh juga, namun sayangnya anaknya diambil oleh ibunya di saat akhir. Moral yang disampaikan dalam film pendek ini begitu kuat, ironisnya masyarakat kecil bertahan dalam kemiskinan dan juga harus berjuang untuk hidup dari hari ke hari.

Saya suka juga dengan aktingnya dari suami dan istri ini sangat menjiwai, serta anaknya yang juga sangat bisa mengkondisikan kapan ia menangis, kapan ia tenang dan juga terlihat "bonding" dengan kedua orang tua angkatnya. Prosesnya pasti cukup melelahkan karena harus mengikuti mood si bayi.

Secara keseluruhan, saya merasakan validasi berbagai rasa, ada sedih, haru, marah, bingung, kecewa, tertawa, dan bahagia menjadi entitas yang menarik dari film pendek satu ke film pendek yang lain. 100% STMJ di 100% Manusia Film Festival 2024 juara banget!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun