Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Film

Validasi "Rasa" Melalui Film Pendek 100% STMJ di 100% Manusia Film Festival 2024

9 September 2024   22:18 Diperbarui: 9 September 2024   22:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan 100% Manusia Film Festival 2024 baru saja berakhir kemarin, namun euforianya masih berasa sampai saat ini. Setelah nonton Chinas di pembukaan 100% Manusia Film Festival 2024, kali ini saya memutuskan untuk nonton 100% STMJ (Short Term Memory of Joy) tanggal 6 September 2024 di Kineforum Asrul Sani, Taman Ismail Marzuki jam 19.00 WIB.

Beberapa hari sebelumnya, salah satu teman saya Kak Jek DM melalui Instagram, "jangan lupa nanti nonton film saya ya", beserta link Instagram dari 100% Manusia. Wah, rupanya film yang beliau mainkan sebagai salah satu aktor utamanya akan tayang nih di 100% STMJ. Jadi intinya saya penasaran dengan filmnya nanti ceritanya apa dan bagaimana aksi beliau dalam film tersebut.

Rupanya saya tidak sendiri, ada juga mba Dewi Puspa yang sudah seharian marathon nonton berbagai film dan menutup harinya dengan 100% STMJ. Saya akui setiap film yang tampil memberikan warna-warni rasa yang spesifik, menggelitik dan kadang menjadi tamparan keras bagi saya.

Bagi saya sendiri menonton berbagai film ini rasanya seperti memberikan kesempatan bagi diri ini untuk memvalidasi berbagai rasa yang muncul, dengan konteks yang berbeda-beda.

Kisah dari film pendek ini mengena banget! (Dok. Instagram 100% Manusia)
Kisah dari film pendek ini mengena banget! (Dok. Instagram 100% Manusia)

Misalnya film pendek "A Man Who Can't Say Love", ceritanya membuat saya kepikiran sama sosok papa saya sendiri. Figur seorang bapak yang sayang sama anaknya, tapi tidak bisa mengungkapkan lewat kata-kata. Namun saya tahu persis kalau papa sayang saya. Contohnya kalau pulang malam, kadang ditungguin di luar rumah, atau dibilang jangan pulang malam-malam. Perhatian kecil seperti ini yang membuat saya kembali mengingat rasa sayang orang tua yang kaku, tapi tercermin lewat kata-katanya yang sedikit dan tindakannya. Apalagi di film pendek ini sama-sama dari keluarga Tionghoa dan ayahnya juga pelihara ikan koi (duh ini bapak saya banget!).

Kalau yang ini kocak banget si! (Dok. Instagram 100% Manusia)
Kalau yang ini kocak banget si! (Dok. Instagram 100% Manusia)

Cerita berikutnya tak kalah epik, komedi ojek online yang berjudul "Baby Delivery". Ceritanya ringan, lucu dan dikemas dengan sederhana. Sebagai pengguna ojek online saya juga merasa tervalidasi ketika naik ojek online, ada saja kisah-kisah seru dan random yang diceritakan oleh sang ojol. Mulai dari punya penumpang yang cerewet, sampai dapat orderan fiktif di daerah kuburan. Kisah dari film pendek ini sungguh dapat saya nikmati, terutama saat membawa ibu hamil ke bidan melalui jalan berliku penuh dengan halangan dan rintangan. Ada-ada aja gitu yang menjadi penyulit, sampai akhirnya berhasil ibu itu lahiran selamat.

Film pendek yang menurut saya sangat berani untuk speak up tentang child free (Dok. Instagram 100% Manusia)
Film pendek yang menurut saya sangat berani untuk speak up tentang child free (Dok. Instagram 100% Manusia)

Kisah lainnya yang cukup mengaduk emosi adalah cerita tentang pasangan suami istri yang memutuskan untuk child free (tidak punya anak). Film pendek ini berjudul "Confession" yang membuat saya merenung. Saya sendiri ikut larut dalam dilemma yang dirasakan sang istri terhadap keputusan untuk mengurus anak yang cukup didesak oleh mertuanya. Sang istri ini sudah bahagia dengan kondisi child free. Pertentangan batin terjadi ketika sang suami sebenarnya menginginkan anak tersebut untuk diasuh. Pertentangan keduanya cukup kalut, sampai akhirnya sang istri berani untuk menyatakan kepada ibu mertuanya, bahwa ia berhak menolak karena itu adalah keputusannya dan child free tidak bisa dipaksakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun