Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Film

Menikmati Konflik Babeh dan Sobari di Film Pendek Istiqlal : Lika-Liku Perjalanan dan Kehidupan

12 April 2024   23:05 Diperbarui: 12 April 2024   23:08 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berdiskusi langsung dengan Mas Razny ternyata terungkap sebenarnya film ini berhasil memenangkan pitching, mendapatkan pendanaan dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta tahun 2018 dan memiliki dua jenis ending. Ending pertama yang akhirnya sampai di Istiqlal dan yang kami tonton adalah ending kedua yang sengaja dibuat tidak sampai ke Istiqlal. Jujur saya berekspektasi akan ketemu dengan Istiqlal di bagian akhirnya, minimal sekelebat. Nah karena tidak ada Istiqlalnya, mungkin akan lebih pas kalau judulnya menjadi "Menuju Istiqlal".

Saya juga menangkap ada beberapa pesan yang disampaikan lewat film Istiqlal ini, misalnya pesan toleransi saat waktu berbuka puasa di jalan, ada sekelompok pemuda yang membagikan takjil gratis, pemuda ini dari Gereja Kristen yang ada di dekat lokasi. Selain itu cinta Babeh ke Sobari juga tergambar ketika Babeh mengaitkan sabuknya ke badan anaknya, mungkin ini dilakukan jika anaknya tertidur maka akan tetap aman. Babeh juga mengakui bahwa selama ini kurang punya "quality time" dengan Sobari, karena jarang mengajak jalan-jalan dan merasa bersalah ketika mau ke Istiqlal malah jadi nyasar dan tidak sampai ke sana.

Babeh melakukan introspeksi diri dan mengakui ke Sobari kalau Babeh juga kangen dengan ayahnya (Engkong) yang sudah tiada, motor yang mereka gunakan juga adalah pemberian dari Engkong dengan tanda 74 (menunjukkan tahun motor tersebut). Menariknya lagi, film ini mampu menggambarkan lika-liku perjalanan dapat dipadukan dengan apik dengan konflik kehidupan lewat adegan sederhana di motor antara bapak dan anak saat melintasi jalanan Ibukota Jakarta.

Film ini juga membutuhkan biaya yang cukup besar karena shootingnya banyak di motor dan perjalanan, maka harus sewa pick up untuk mengambil gambar bergerak. Kerennya lagi film ini berhasil meraih beberapa penghargaan antara lain kategori Best Story di Panasonic Young Filmmaker 2019, Official Selection International Children's Film Festival Bangladesh 2020, Top 10 Finalist Viddsee Juree Awards Indonesia 2020 dan Official Selection Jogja Asia-Netpac Film Festival 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun