Setelah sekian purnama akhirnya nonton film serial lagi. Kali ini saya lagi tertarik untuk menonton serial Genflix original yang berjudul "Young Marriage". Series season 1 yang terdiri dari 6 episode ini tidak butuh waktu lama untuk diselesaikan. Durasi per episode hanya sekitar 11 menit saja, itu pun sudah termasuk intro awal dan bagian penutup.
Series yang dibintangi oleh Dea Annisa dan Alzio Faaz ini menampilkan dua karakter yang saling berkebalikan. Bagai bumi dan langit deh! Alzio Faaz yang berperan sebagai Briyan sang ketua OSIS menampilkan karakter yang tegas, galak, disiplin dan dikenal juga dingin. Sebagai ketua OSIS panutan guru dan teman-temannya, Alzio yang memainkan karakter Briyan ini tidak segan untuk membentak dan menghukum teman-temannya yang melanggar peraturan.
"Peraturan ada untuk dilanggar", ini adalah kalimat sakral yang tepat bagi Dea Annisa yang memainkan peran sebagai siswi bernama Nabila. Selagi ada kesempatan untuk tidak ikut kerja bakti, kenapa harus bercapek ria. Nabila tentu saja paham akan konsekuensinya jika hal ini sampai ketahuan oleh Briyan, namun tetap saja bukan Nabila Namanya kalau jadi anak yang penurut.
Sifat Nabila yang tak acuh terhadap peraturan selalu membuat Briyan naik darah, ada-ada saja hukuman yang diberikan Briyan ke Nabila. Mulai dari ancaman SP dan membersihkan lapangan. Nabila jelas dongkol, bahkan Briyan dipanggilnya dengan sebutan "ketua sosis".Â
Pernah suatu kali saat itu Nabila bolos masuk kelas, ia kabur dan naik ke atas pohon agar tidak ketahuan Briyan. Apesnya, tetap saja Briyan bisa menangkap Nabila dan menyeret Nabila masuk ke kelasnya. Kasihan Nabila terpaksa harus menerima omelan dan hukuman dari gurunya, ups!
Adegan demi adegan bergulir, hingga suatu hari lagi-lagi Nabila ketahuan bolos kerja bakti yang wajib dilakukan 15 menit sebelum masuk kelas. Sebenarnya saat itu Nabila sedang sakit, namun Briyan tak peduli. Aturan tetaplah aturan, akhirnya ia pun menghukum Nabila lari keliling lapangan 15 kali.
Perawakan Briyan yang sangat kaku terhadap peraturan menjadikannya seperti tidak punya hati. Akibatnya Nabila terjatuh dan pingsan tepat saat hukumannya selesai. Dibalik kekejaman Briyan, ia dengan sigap menolong Nabila ke ruang UKS. Mungkin bisa dibilang ia merasa bersalah dan bertanggung jawab juga karena Nabila menjadi lebih buruk kondisinya.
Jika diperhatikan secara keseluruhan, sifat Briyan yang seperti ini justru menjadikannya sebagai sosok yang dikagumi oleh teman perempuannya di sekolah. Kecuali bagi Nabila tentunya yang merasa risih dengan sikap Briyan yang diktator.
Nabila sepanjang film sangat jelas memerankan anak nakal yang suka melawan peraturan. Nabila tidak memberikan contoh yang baik untuk teman-temannya. Ia sering bolos saat jam pelajaran dan kabur ke kantin sekolah saat kerja bakti. Jika kita telusuri ke kehidupannya, Nabila ini sering merasa kesepian karena orang tuanya sering tidak ada di rumah. Ia juga merupakan teman yang baik dan peduli dengan teman-temannya.
Kisah Briyan dan Nabila masih akan berlanjut di Season 2 Young Marriage, apalagi setelah di bagian akhir Season 1 mereka menemukan seorang bayi mungil di pelataran parkir. Sejauh ini, saya cukup menikmati alur kisah ala remaja yang disajikan. Kenakalan remaja menjadi salah satu hal yang wajar terjadi, apalagi masih masa-masa SMA.
Seperti tipikal film remaja lainnya, saya merasa alurnya sangat mudah ditebak. Dalam beberapa hal juga saya merasa ketegasan Briyan sebagai Ketua OSIS sepertinya agak "overdose". Dalam Season 1 ini saya berharap sudah menemukan adegan lebih banyak tentang bayi tersebut. Namun rupanya pihak produksi film masih membuatnya sebagai hal rahasia yang akan dibahas pada season selanjutnya.
Secara keseluruhan, saya sangat menikmati pengalaman saya pertama kali berlangganan Genflix. Selain Young Marriage ada konten Genflix original lainnya seperti KPK (Komisi Pemberantas Ketakutan), Rumah Di Atas Kuburan, Friendshit, Asya Story, Podkaestsang, Terompet Tahun Baru, Sitoresmi, 31, Anak Pantai, dan My Super Dad.
Menariknya ada juga film-film indie buatan anak bangsa yang ditayangkan. Sebagian besar berupa film pendek. Saya merasa senang karena Genflix mengapresiasi karya anak bangsa lewat mempromosikannya secara luas di platform streaming ini. Tidak hanya film Indonesia, film-film luar negeri antimainstrim pun ada di Genflix, contohnya film asal Mongolia yang berjudul Norjmaa. Wah, kalau begini saya jadi betah rebahan di rumah sambil berkontribusi untuk mengurangi keramaian di luar rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H