Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Eksploitasi Anak Melalui Audisi Bulutangkis, Delusi atau Fakta?

6 April 2019   23:22 Diperbarui: 7 April 2019   00:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh iklan rokok yang menarik dengan peringatan kecil dibawah (Sumber: www.behance.net)

Liza Djaprie saat memberikan pemaparan mengenai Subliminal message (Sumber: Dok. Lentera Anak)
Liza Djaprie saat memberikan pemaparan mengenai Subliminal message (Sumber: Dok. Lentera Anak)

Liza Marielly Djaprie memaparkan bahwa sistem memori manusia itu seperti fenomena gunung es yang tersembunyi di bawah lautan. Bagian atasnya kecil dan bagian bawahnya ternyata menyimpan massa yang lebih besar. Batas air merupakan analogi dari "batas kesadaran". Ketika kita terpicu oleh sesuatu maka ingatan yang berada di bawah itu akan muncul ke permukaan.

Hal ini terutama sangat penting pada proses penyimpanan memori anak-anak, remaja dan dewasa muda. Pada usia anak-anak dan remaja belum memiliki kerangka berpikir yang logis dan kritis. Mereka akan cenderung akan menyimpan informasi secara "bulat-bulat" berdasarkan apa yang mereka lihat.

Salah satu contoh iklan rokok yang menarik dengan peringatan kecil dibawah (Sumber: www.behance.net)
Salah satu contoh iklan rokok yang menarik dengan peringatan kecil dibawah (Sumber: www.behance.net)

Perusahaan rokok jelas mengerti mengenai strategi ini. Mereka membuat iklan yang kontradiktif dengan efek samping rokok. Iklan rokok yang ada di televisi, media sosial dan dalam audisi merupakan pesan subliminal yang mengendap di alam bawah sadar generasi muda kita. Iklannya memiliki pesan tersirat "bersama dengan rokok kamu akan menjadi lebih keren, macho, tangguh, berprestasi dalam olahraga, pokoknya lakik banget gitu". Weleh-weleh, padahal kalau secara logika kan rokok itu membunuhmu. Hmmm...

Pesan subliminal ini terus-menerus disampaikan kepada anak. Hingga pada saatnya si anak beranjak dewasa dan mulai berteman dengan "Tuhan Sembilan Senti" ini. Bahkan saya juga menemukan tidak sedikit anak-anak yang sudah mulai merokok pada bangku sekolah dasar. Sangat memprihatinkan ya, huhuhu.

Dalam isu eksploitasi ini diungkapkan bahwa anak-anak dijadikan sebagai "iklan berjalan" yang mana tubuhnya dijadikan media marketing lewat kaus berlogo yang dikenakan. Apalagi kaus-kaus ini umurnya panjang dan dapat digunakan dalam keseharian, membuat lebih banyak lagi anak-anak, remaja, dewasa yang terpapar subliminal message ini.

Audisi olahraga tetap boleh dilakukan asal..

Jujur saya merasa sangat bangga dengan prestasi anak bangsa yang mampu menunjukan kejayaan bulu tangkis Indonesia ke level internasional. Nama-nama besar mulai dari Susi Susanti, Taufik Hidayat, hingga Kevin Sanjaya sangat membanggakan bangsa kita.

Suasana saat kelompok dengan peran
Suasana saat kelompok dengan peran "Netizen Nyinyir" sedang berdiskusi (Sumber: Dok. Lentera Anak)

Namun, perdebatan seru saat diskusi kelompok terpumpun membuat kami para blogger menyadari sesuatu hal yang penting. Kami tidak ingin audisi ini berhenti, kami hanya meminta bahwa pada saat pelaksanaan audisi atribut yang mewakili produk tembakau dihilangkan. Kami juga mengecam untuk pencetakan logo serupa produk tembakau pada kaus anak-anak. Kami berharap agar aspirasi ini bisa sampai ke perusahaan rokok terkait. Semoga Indonesia bisa menyusul negara lain yang telah tergabung di FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) yang telah membuat aturan tegas mengenai produk tembakau baik promosi secara online maupun offline dan sponsorship.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun