"Hello my pong is Linda. Nice to qih tlhih." Hayoo, apakah ada yang bisa menebak ini bahasa apa? Bahasa ini adalah bahasa Klingon. Nah kamu mungkin bertanya-tanya bahasa dari Negara atau daerah mana ya itu? Bagi kamu pecinta Star Trek pasti tau banget, atau bahkan kamu bisa bahasanya ya. Hehehe...
Jujur saya bukan pecinta film Star Trek dan bahkan baru mengenal adanya bahasa Klingon ini sekarang loh. Tapi sepertinya saya akan menjadi lebih kepo deh mengenai bahasa Klingon dan filmnya.
Tunggu dulu, saya tidak membahas mengenai Star Trek dalam review kali ini. Saya jatuh cinta dan mengenalnya melalui film "Please Stand By". Film yang diproduksi di Negara Amerika dan sudah tayang sejak tanggal 26 Januari 2018 akhirnya hadir di bioskop Indonesia 6 April 2018 lalu. Saya kebetulan menonton screening film ini di CGV Central Park bersama rekan-rekan Komik'ers.
Penasaran karena ada "Dakota Fanning"
Tahun 2004, Dakota menjadi pengisi suara sebagai Satsuki Kusakabe di film My Neighbor Totoro versi Amerika. Akting Dakota Fanning "keren banget" saat ia berperan sebagai "Jane" di beberapa seri film The Twilight Saga, karakternya sebagai anggota Volturi "mencuri" perhatian saya. Aura khas Jane Volturi yang sangat dingin dan tatapannya mematikan membuat saya mengagumi Dakota.
Kali ini saya merasa terpanggil saat mengetahui bahwa Dakota menjadi pemeran utama pada film Please Stand By dengan karakter penderita Autis. Wow, luar biasa, saya sungguh penasaran.
Peran Dakota Fanning sebagai gadis "Autis"
Yap, saya merasa beruntung, pilihan saya kali ini sangat tepat untuk menonton film yang berdurasi 93 menit ini. Akting Dakota sebagai "Wendy" gadis penderita sindrom Asperger. Sindrom Asperger ini termasuk kategori autis. Sebagai penderita sindrom Asperger pada umumnya Wendy mengalami kesulitan berkomunikasi, bersosialisasi dan bahkan mengontrol emosi.Â
Wendy kecil suka sekali mengamuk dan melukai dirinya dengan cara memukulkan tangannya ke kepala berulang kali sambil berteriak. Keadaan ini yang memaksa kakak Wendy akhirnya harus berpisah dengan adiknya agar bisa diterapi setiap hari. Terapis Wendy (bernama Scottie) lah yang menghadapi Wendy setiap hari. Walaupun Wendy sudah bisa mengontrol emosinya dan hidup layaknya seperti remaja lainnya, namun Wendy masih tidak bisa membuat kontak mata dengan orang lain dan masih kesulitan dalam komunikasi.