Mohon tunggu...
Linda Erlina
Linda Erlina Mohon Tunggu... Dosen - Blogger and Academician

Seorang yang suka menonton film apa saja apalagi yang antimainstrim.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Review] Bad Genius: Harmonisasi Kunci Jawaban dengan Bisnis Jutaan Dollar

2 September 2017   09:12 Diperbarui: 2 September 2017   11:17 6921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screening Film Bad Genius 10 Agustus 2017 di CGV Grand Indonesia, Jakarta (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=g58f4jUOrDw))

Dulu aku paling anti banget sama yang namanya pelajaran MATEMATIKA! Asli, pelajaran yang satu ini kalau ujian selalu bikin perut mules, kepala pusing, stres banget pokoknya. Kalau sudah mentok banget dan kebetulan ada kesempatan terpaksa deh nyontek sama temen. Sssst..hayoo kamu juga pernah nyontek kan waktu sekolah dulu, semua anak sekolah pasti pernah ngerasain nyontek. Entah itu nyontek peer, pekerjaan sekolah ataupun ulangan.

Ngomong-ngomong soal contek mencontek, ini ada film yang mewakili "bandelnya" anak sekolahan nih. Judulnya "Bad Genius", kami para KoMIK Kompasianer diajak untuk ikut screening dan launching film garapan Negeri Gajah Putih alias Thailand ini di Jakarta. Mau tau seperti apa sih film ini aku coba spoiler sedikit yaa.

Punya otak yang jenius itu impian tiap orang banget!

Lin (Oakbab Chutimon) salah seorang siswi dengan segudang prestasi dan memiliki kemampuan belajar yang melebihi anak-anak pada umumnya berspekulasi dengan kepala sekolah mengenai jumlah uang sekolahnya serta biaya lain yang akan dikeluarkan selama ia menempuh pendidikan selama 1 tahun. Ia merasa bahwa ayahnya akan berat sekali membiayai uang sekolahnya dengan jabatan hanya sebagai guru. Negosiasi biaya SPP berhasil, Lin masuk sekolah unggulan dengan beasiswa penuh. Kehidupannya berlanjut seperti biasa, sampai ia berteman dengan  Grace (Oom Isaya). 

Grace merupakan anak "orkay" alias orang kaya namun memiliki otak yang pas-pasan. Grace berulangkali "lemot" saat dijelaskan Lin mengenai pelajaran matematika. Hingga suatu hari saat ujian, soalnya sama persis dengan apa yang mereka pelajari, namun tetap saja Grace kesulitan mengerjakannya. Waktu terus berjalan, Grace kasak kusuk gelisah tidak bisa mengerjakan soal. Lin iba melihat sohibnya, ia memikirkan cara untuk membantu Grace. Ting! Sebuah ide cemerlang muncul di kepala Lin. 

Dengan segera Lin menuliskan jawaban di karet penghapus dengan menggunakan kode kalimat sebagai urutan jawabannya. Karet pengapus tersebut ia masukan ke dalam sepatunya kemudian ditransfer ke Grace yang duduk dibelakangnya. Grace pun bertukar sepatu dengan Lin, sialnya sepatu itu salah arah, dan Bapak guru mulai menengok ke arah mereka. Dengan sigap Lin bergerak ke arah sepatu sekaligus beralibi mengumpulkan hasil ujian. Kali ini misi nyontek berhasil, Grace selamat!

Adegan saat Lin memberikan contekan pada Grace (Sumber: fantasiafestival.com)
Adegan saat Lin memberikan contekan pada Grace (Sumber: fantasiafestival.com)
Sekalinya nyontek rupanya membuat Grace ketagihan. Semua nilai Grace menjadi naik karena bantuan Lin. Kabar ini rupanya sampai di telinga Pat (James Theeradon), pacarnya Grace sesama anak orang kaya. Pat menawarkan proyek menggiurkan untuk Lin. Kali ini sasarannya tidak hanya contekan untuk 1 orang melainkan 5 orang sekaligus! Awalnya Lin sempat menolak, namun mendengar tawaran Pat yang fantastis membuat Lin akhirnya menyatakan "deal". Bukan jenius namanya kalau metode nyonteknya masih standar. 

Lin membuat inovasi untuk cara menconteknya, bermula dari ketidaksengajaannya bermain instrument Mozart di piano. Lin mendapatkan sebuah ilham, rangkaian kunci piano tertentu akan menjadi jawaban A, B, C, D dan E ergantung dari jumlah ketukan dan muara ketukan di jari terakhir. Cara menyontek ini mulai diajarkan dan lama-lama jadi viral, pesertanya makin banyak. Alibinya mereka les piano dengan Lin. Proyek contekan "kunci piano" berjalan sukses, hingga pada suatu hari cara ini terbongkar oleh Bank (Non Chanon). 

Salah satu murid saingan Lin yang juga "jenius". Pada film ini dikisahkan Bank merupakan anak dari seorang janda yang bekerja sebagai buruh cuci di Laundry. Beasiswa sekolah hanya ada satu (sudah dipegang oleh Lin) sehingga Bank terpaksa bekerja membanting tulang membantu ibunya untuk membayar uang sekolahnya sendiri. 

Bank secara tidak sengaja mengetahui bahwa Lin mengerjakan soal milik temannya dan mengadukannya pada kepala sekolah. Akibatnya beasiswa Lin dicabut, saat itu hubungan Lin dan Bank menjadi status "perang". Ayah Lin sungguh kecewa pada putrinya dan meminta agar uang anak-anak orang kaya itu dikembalikan. Lin berjanji tidak akan mengulanginya lagi. 

Adegan simulasi ujian STIC (Sumber: variety.com)
Adegan simulasi ujian STIC (Sumber: variety.com)
Apa daya ternyata hal tersebut tidak berlangsung lama, Lin kembali dihadapkan pada sebuah keputusan terbesar dalam hidupnya. Pat dan Grace diminta orang tua mereka untuk lolos ujian STIC, salah satu ujian saringan untuk masuk ke world class university di Amerika. Ujian STIC memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi dan diselenggarakan serentak di beberapa daerah di negara seluruh dunia. Misi kali ini adalah bagaimana caranya agar mereka mendapatkan kunci jawaban STIC terlebih dahulu sebelum waktu ujian. Mungkinkah ini terjadi? 

Bukan Lin si Jenius namanya kalau kehabisan akal. Lin melihat sebuah peluang besar terpampang namun dengan resiko yang amat besar. Lin harus ikut ujian di negara penyelenggara pertama STIC dengan mengandalkan perbedaan zona waktu ujian. 

Negara pertama yang akan ujian STIC yaitu Australia. Bisnis kecurangan ini diatur sedemikian rupa, hingga melibatkan barcode pada pensil sebagai jawabannya. Bank akhirnya ikut dalam "bisnis contekan" ini dengan iming-iming uang dengan jumlah yang sungguh fantastis. Jutaan dollar! Fiuh, jumlah yang luar biasa bukan?

Apakah "kunci jawaban STIC" ini berhasil bocor ke seluruh Thailand? Bagaimana usaha Lin dan Bank di Australia saat ikut ujian STIC, bagaimana cara mereka mengirimkan kunci jawabannya? Apakah akhirnya proyek "jutaan dollar" ini berjalan dengan lancar? Nah, buat kamu yang masih penasaran dengan kelanjutan spoilernya boleh nonton langsung di Bioskop kesayangan kamu ya. Dijamin deh deg-degan banget dan akan terkagum-kagum dengan kejeniusan Lin dan Bank.

Foto bersama produser, pemain dan penyanyi soundtrack film Bad Genius (Sumber: Dok. Pri)
Foto bersama produser, pemain dan penyanyi soundtrack film Bad Genius (Sumber: Dok. Pri)
Secara garis besar alur ceritanya semua logis, mulai dari cara-cara nyontek, suasana ujian dan cara berkelit mereka. Permainan emosi, konspirasi dan nilai moral tersampaikan dengan baik melalui film ini. Saya juga suka dengan pola cerita yang sederhana, namun penonton dibuat tegang dalam film ini. Bayangkan, intinya hanya nyontek dan takut ketahuan loh! Menurut saya nilai film ini  9.5 dari skala 1-10! Terima kasih banyak untuk KoMIK Kompasiana yang telah memberikan kesempatan bagi kami (para Kompasianer) untuk ikut screening dan press conference dengan para pemain dari Bad Genius.

Salam KoMIK!

Buat kamu yang pengen kepo dulu tentang filmnya yuk cek trailernya di sini:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun