Dulu aku paling anti banget sama yang namanya pelajaran MATEMATIKA! Asli, pelajaran yang satu ini kalau ujian selalu bikin perut mules, kepala pusing, stres banget pokoknya. Kalau sudah mentok banget dan kebetulan ada kesempatan terpaksa deh nyontek sama temen. Sssst..hayoo kamu juga pernah nyontek kan waktu sekolah dulu, semua anak sekolah pasti pernah ngerasain nyontek. Entah itu nyontek peer, pekerjaan sekolah ataupun ulangan.
Ngomong-ngomong soal contek mencontek, ini ada film yang mewakili "bandelnya" anak sekolahan nih. Judulnya "Bad Genius", kami para KoMIK Kompasianer diajak untuk ikut screening dan launching film garapan Negeri Gajah Putih alias Thailand ini di Jakarta. Mau tau seperti apa sih film ini aku coba spoiler sedikit yaa.
Punya otak yang jenius itu impian tiap orang banget!
Lin (Oakbab Chutimon) salah seorang siswi dengan segudang prestasi dan memiliki kemampuan belajar yang melebihi anak-anak pada umumnya berspekulasi dengan kepala sekolah mengenai jumlah uang sekolahnya serta biaya lain yang akan dikeluarkan selama ia menempuh pendidikan selama 1 tahun. Ia merasa bahwa ayahnya akan berat sekali membiayai uang sekolahnya dengan jabatan hanya sebagai guru. Negosiasi biaya SPP berhasil, Lin masuk sekolah unggulan dengan beasiswa penuh. Kehidupannya berlanjut seperti biasa, sampai ia berteman dengan  Grace (Oom Isaya).Â
Grace merupakan anak "orkay" alias orang kaya namun memiliki otak yang pas-pasan. Grace berulangkali "lemot" saat dijelaskan Lin mengenai pelajaran matematika. Hingga suatu hari saat ujian, soalnya sama persis dengan apa yang mereka pelajari, namun tetap saja Grace kesulitan mengerjakannya. Waktu terus berjalan, Grace kasak kusuk gelisah tidak bisa mengerjakan soal. Lin iba melihat sohibnya, ia memikirkan cara untuk membantu Grace. Ting! Sebuah ide cemerlang muncul di kepala Lin.Â
Dengan segera Lin menuliskan jawaban di karet penghapus dengan menggunakan kode kalimat sebagai urutan jawabannya. Karet pengapus tersebut ia masukan ke dalam sepatunya kemudian ditransfer ke Grace yang duduk dibelakangnya. Grace pun bertukar sepatu dengan Lin, sialnya sepatu itu salah arah, dan Bapak guru mulai menengok ke arah mereka. Dengan sigap Lin bergerak ke arah sepatu sekaligus beralibi mengumpulkan hasil ujian. Kali ini misi nyontek berhasil, Grace selamat!
Lin membuat inovasi untuk cara menconteknya, bermula dari ketidaksengajaannya bermain instrument Mozart di piano. Lin mendapatkan sebuah ilham, rangkaian kunci piano tertentu akan menjadi jawaban A, B, C, D dan E ergantung dari jumlah ketukan dan muara ketukan di jari terakhir. Cara menyontek ini mulai diajarkan dan lama-lama jadi viral, pesertanya makin banyak. Alibinya mereka les piano dengan Lin. Proyek contekan "kunci piano" berjalan sukses, hingga pada suatu hari cara ini terbongkar oleh Bank (Non Chanon).Â
Salah satu murid saingan Lin yang juga "jenius". Pada film ini dikisahkan Bank merupakan anak dari seorang janda yang bekerja sebagai buruh cuci di Laundry. Beasiswa sekolah hanya ada satu (sudah dipegang oleh Lin) sehingga Bank terpaksa bekerja membanting tulang membantu ibunya untuk membayar uang sekolahnya sendiri.Â
Bank secara tidak sengaja mengetahui bahwa Lin mengerjakan soal milik temannya dan mengadukannya pada kepala sekolah. Akibatnya beasiswa Lin dicabut, saat itu hubungan Lin dan Bank menjadi status "perang". Ayah Lin sungguh kecewa pada putrinya dan meminta agar uang anak-anak orang kaya itu dikembalikan. Lin berjanji tidak akan mengulanginya lagi.Â