Pintu gerbang Kubah Panembahan Notokusumo Asirudin I
Menjadi bagian jendela dan hiasan terdapat ukiran-ukiran bermotif bunga, biji, dan burung, kental bernuansa Cina namun juga sangat khas Madura.
"Benarkah Pangeran Dipenogoro dimakamkan di Sumenep ?"
Ada mitos bahwa Makam Pangeran Dipenogoro sesungguhnya ada di Sumenep, bukan di Makasar sebagaimana selama ini dipercaya. Dikatakan bahwa penangkapan Belanda salah sasaran. Itu merupakan taktik pengelabuan Pangeran Diponegoro karena yang sebetulnya tertangkap adalah Turkiyo Jokomanturi yakni Pangeran Diponegoro. Pendapat tersebut didukung oleh nama prasasti bahasa sandi 8 kelompok penjaga Asta Tinggi, yakni Kaji Senga’ (awas), Kaji Buddhi (belakang), Kaji Nangger (ada pohon randu alas), Kaji Makam, Kaji Jaja Bangsa (membela kejayaan Bangsa), Kaji Jaja Abdur (membela kejayaan agama), Kaji Sekaran (supaya diziarahi), Kaji Langgar (bawa langgar/kiai untuk didoakan). Nah coba gabungan kata-kata tersebut sendiri! ;D
Pada saat saya kesana, cukup banyak peziarah datang dari berbagai daerah. Tidak hanya masyarakat Madura, namun juga peziarah dari Pondok Pesantren Banten Jawa Barat dan Batam.
Saat itu saya mengajak teman saya yang penganut Kristen Pantekosta. Saya katakan padanya, “Ndak papa kan mbak? Dalam rangka menghayati keberagaman di Indonesia” Dia mengangguk-angguk sambil berkata, “Seru mbak!”. Sebagai seorang Islam, saya pun bukan muslim yang percaya dengan wasilah do’a melalui wali, kecuali langsung pada Allah SWT. Namun ziarah kubur memiliki manfaat spiritual bagi saya, selain tilas balik sejarah dan penikmat karya arsitektural, juga agar saya sebagai hamba Allah yang hidup di dunia fana ini wajib ingat mati, tidak melulu ingat mantan.Wkwkwk. Bahwa setiap detik hidup kita sebegitu berharganyajika kita mengamini tugas terutama manusia di muka bumi ini adalah beribadah pada Allah SWT.
Pelajaran lain adalah bahwa keragaman aktivitas beragama dan berbudaya di Indonesia, jika kita menganutnilai-nilai Pluralisme yang toleran dan bertanggungjawab, sungguh sangat kaya dan indah! Kurasa nilai itulah yang hendak disampaikan oleh raja-raja dan tokoh agama Sumenep. Mereka menjalin hubungan yang baik dengan bangsa Cina dan Eropa, menyerap ilmu pengetahuan dan mengadopsi budaya dalam bentuk arsitektural yang indah, tidak hanya untuk bangunan kehidupan namun juga bangunan kematian!
Disari dari: Akhmad, Bindara. Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di Dalamnya. Barokah: 2000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H