"Awas minggir ..., ada orang gila mau lewat ...!" seru bocah laki-laki dari atas pohon jambu air di pinggir jalan.
Seperti bensin menyambar percikan korek api. Tawa pecah dari mulut-mulut anak kecil, tapi tangan mereka tetap lincah memungut jambu di bawah pohon. Hasil petikan temannya.
Jambu-jambu kecil dan merah, satu per satu dimasukkan ke dalam baju. Sampai perut mungil itu terlihat buncit. Sinar matanya memancar, tawa, dan gurau bersahutan.
"Kak Bella gila ..., Kak Bella gila, hahahhah lariii ...!" Lalu mereka berhamburan.
Ada yang sembunyi di balik gapura, terlihat anak balita dengan wajah kebingungan digendong gadis mungil berusia sekitar sembilan tahun, berdiri di balik pagar, dan dua dari mereka tetap diam di sana, menggenggam jambu yang sudah tergigit.
Bella semakin mendekat, senyumnya tetap manis. Baju merah-muda berpadu rok payung sebatas lutut, buat dia terlihat lincah.
Tak ada sedikit pun rasa marah atau malu dengan cibiran itu. Seolah tidak ada suara apapun yang mampir di telinganya. Langkahnya penuh percaya diri melewati tiga anak tadi.
Para orang tua--tetangga--pun saling berbisik, melempar pandang ke arah Bella. Bibir mereka komat-kamit.
Keakraban penduduk desa memang lebih kental dibandingkan kota. Waktu sore selalu mereka gunakan untuk bersantai dengan para tetangga di depan rumah. Menyaksikan anak-anak mereka bermain dan kadang membuat gosip, yang katanya makin digosok makin sip.
"Anak kaya gitu, kok, dibiarin keliaran!"
*****