Mohon tunggu...
Lind
Lind Mohon Tunggu... -

i'm a mom :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pertualangan Pertama ke Luar Negeri

12 Januari 2014   00:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_305509" align="aligncenter" width="640" caption="dok.pribadi"][/caption] Akhirnya, setelah lama direncanakan liburan pertama kami ke luar negeri pun terlaksana. Tidak jauh sih, 'hanya' ke Singapura. Untuk yang terbiasa ke luar negeri mungkin akan menganggap pertualangan kami ini biasa aja bahkan cenderung lebay. Biasa saja untuk orang lain namun luar biasa untuk kami :) Setiap perjalanan keluarga ke luar kota khususnya ke tempat baru yang asing selalu kami beri gelar pertualangan. Perjalanan dengan tiga kurcaci cilik yang memiliki energi luar biasa tidak bisa tidak harus disebut pertualangan. Jadi ngelantur, kembali ke pertualangan kami ke Singapura. Seperti biasa, si emak lah yang harus berperan sebagai EO nya. Tidak peduli ke mana pun juga, selalu si emak yang jadi seksi sibuk. Si ayah? Tetap konsuken hanya jadi asisten EO merangkap driver #curhat :) Liburan akhir semester tahun ini cukup panjang, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk memulai pertualangan ini di tanggal 1 Januari 2014. Kenapa tidak memulai di akhir tahun supaya bisa menikmati kemeriahan tahun baru di negeri orang? Jawabannya sederhana, kami tidak menganggap perayaan tahun baru itu sesuatu yang spesial, bahkan cenderung menghindari hiruk pikuknya perayaan tahun baru. Selain itu, kami pun membayangkan tempat-tempat wisata yang akan kami kunjungi pasti akan ramai. Dimana letak kenikmatannya bila berkunjung ke tempat wisata yang penuh dengan manusia? Jadilah akhirnya diputuskan tanggal 1 saja dengan harapan keriuhan sudah mulai berkurang. Awalnya tiket kami di jam 10 pagi, namun ternyata ada perubahan jadwal sehingga opsi yang tersedia adalah jam 5 pagi atau 2 siang. Tentu saja akhinya penerbangan kami ubah menjadi jam 2 siang. Untuk sebagian orang tentu saja penerbangan jam 5 pagi lebih menguntungkan karena berarti ada waktu seharian penuh untuk memulai pertualangan. Untuk kami? Mengambil penerbangan jam 5 pagi sama saja menyiksa diri, berarti jam 3 pagi kami sudah harus ada di bandara dengan membawa tiga anak? Kalau tidak terpaksa sekali, kami tak akan mau menyiksa diri seperti itu. Akhirnya, dengan mengambil penerbangan jam 2an siang maka kami tiba di Changi jam 5an sore waktu singapura. Kesan pertama tentang Changi? Tentunya sama dengan semua warga Indonesia yang pernah ke bandara Soekarno-Hatta, kapan ya Cengkareng bisa seperti ini...? Sedih sekaligus iri, kok bisa negara semungil ini yang tanpa sumber daya alam bisa membuat bandara yang sangat nyaman. Setelah beres urusan imigrasi dan bagasi kami tidak langsung menuju hotel. Kenapa? Karena sebagai EO pertualangan singapura ini, si emak sudah bolak balik cari info ke mbah gugel dan dari hasil penerawangannya semua tiket wisata harus dibeli/ di booking sejak dari Indonesia. Tujuan utamanya adalah menghindari terbuangnya waktu untuk antri tiket di tempat wisata. Selain itu setelah gugling sana sini akhirnya si emak menemukan beberapa penjual tiket wisata partikelir yang menawarkan harga tiket lebih murah daripada harga resmi. Apakah tidak takut di tipu? Tentu saja tidak. Cara kerjanya adalah kita tentukan tiket wisata yang diinginkan kemudian komunikasi via BBM dan WhatsApp. Cara pembayaran adalah COD alias uang tuker tiket di tempat yang sudah ditentukan. Enaknya lagi dengan cara ini, kita bisa konsultasi gratis :) dalam bahasa indonesia tentunya karena si penjual ini orang indonesia yang kerja & kuliah di singapura. Selesai urusan imigrasi si emak pun langsung bergegas mencari perempuan berbaju merah dan berlaptop merah untuk menyelesaikan urusan tiket. Selesai urusan tiket wisata, kami langsung lanjut ke hotel dengan taksi. Hotel yang sudah di booking adalah hotel yang berada tepat di atas MRT Lavender. Kenapa tidak pakai MRT? Jawabannya adalah karena kami masih buta soal MRT dan seperti biasa para kurcaci cilik sudah agak lelah dan ingin secepatnya tiba di hotel. Daripada mood mereka rusak maka taksi lah pilihan yang terbaik. Dan ternyata.... antrian taksinya sangat panjang :( daripada membuang waktu di antrian yang tentu saja akan merusak mood, kami pun ambil keputusan naik maxicab saja yang harus ditebus dengan SGD 60 :'( Yaah tidak apa - apalah demi anak. Karena liburan ini adalah liburan anak yang sudah disiapkan sejak lama. Selain itu si emak dan si ayah sudah sepakat kalau urusannya soal liburan anak maka kenyamanan mereka adalah yang utama, budget harus menyesuaikan. Singkat cerita kami pun tiba di hotel sekitar jam 6 sore. Check in nya dilayani sangat cepat, dan tidak lupa si emak mengingatkan untuk ditempatkan di lantai yang sama dan harus berdekatan. Lho memangnya booking berapa kamar? Kami booking 2 kamar superior tanpa sarapan. Tadinya sempat berniat untuk ambil tipe kamar triple supaya bisa di satu kamar saja, karena menurut hasil gugling kamar triple itu pernah dicoba dipakai untuk 6 orang :) dengan cara penyelundupan manusia tentunya. Akhirnya kembali ke faktor kenyamanan, maka kami putuskan ambil 2 kamar saja biarpun tidak ekonomis. Kalau menurut si ayah adalah urusan kenyamanan tidur, si emak malah membayangkan apa jadinya kalau lima orang harus memperebutkan satu kamar mandi padahal 2 diantaranya terkenal sangat senang bersemedi di kamar mandi :D Hari pertama ini kami memang tidak ada rencana untuk mengeksplor singapura jadi selesai mandi kami pun keluar cari makan. Kemana? Nah itu salah satu alasan lagi kebapa memilih hotel ini. Selain berada tepat di atas stasiun MRT, keluar lobby hotel sedikit saja sudah ada money changer, minimarket (guardian, 7eleven & satu lagi lupa namanya) dan yang utama penjual makanan halal. Yaah walaupun keimanan masih naik turun, kami selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memilih makanan yang jelas kehalalannya ditambah lagi si sulung yang selalu berisik selama di Singapura tentang kehalalan makanan. Ada 3 penjual makanan yang bisa kami coba. Yang pertama Ananas yang memiliki sertifikat halal dari MUIS, menunya lumayan lah daripada lu manyun. Nasi dan sayap gorengnya disukai oleh kurcaci kami. Yang kedua itu Wendy's yang juga bersertifikat halal. Menunya seperti umumnya fast food tapi tanpa nasi :( yang terbiasa tanpa nasi tentu akan sangat terganggu tapi ya mau bagaimana lagi, kalau maunya makan seperti yang di indonesia ya di indonesia aja makannya. Menu sarapan di Wendys dilayani sampai jam 11, sebelum jam 11 menu normal tidak akan disajikan. Untuk sarapan ada menu pancake, toast & turkey sandwich. Nah yang ketiga ini, tidak ada sertifikat halalnya. Namanya Lazza. Di bannernya disebutkan menyajikan malaysian food (kalau tidak salah) yang halalan toyyiban. Para penjualnya berjilbab sehingga semakin menambah kepedean kami dan di dalamnya juga ditempelkan pemberitahuan (yang kalau tidak salah ingat) bahwa makanan dari luar dilarang di bawa masuk untuk menjaga kehalalan tempat/makanan di Lazza. Tidak seperti di Ananas yang tidak menyediakan tempat duduk, di Lazza ada tempat duduknya. Konsepnya seperti warteg dan menunya pun seperti masakan rumahan. Rasa? Sekali lagi jangan tanya soal rasa, karena rasa itu sangat subyektif apaalagi kalau dibandingkan dengan masakan di indonesia. Kalau masih penasaran, soal rasa masih cocok lah dengan lidah dan perut. Nah kembali ke H-1, sebelum makan malam kami harus ke stasiun MRT terlebih dulu karena si emak sudah bikin janji dengan penjual tiket lainnya. Kali ini untuk tiket Legoland, River Safari & Singapore Zoo. Lho kok tidak beli online aja ? Karena si emak lupa (alias malas) ke bank buat beresin masalah nomer telepon yang dipakai buat kirim kode pengaman pembelian dengan kartu kredit jadinya ga bisabeli online. Tapi tetap bisa dapat murah dong, yang Legoland aja tetap bisa dapat diskon 20% dari harga resmi :D Setelah selesai urusan dengan si cici berbaju kuning kotak dan bercelana biru maka kami pun makan malam. Selanjutnya ? Ya istirahat di kamar lah sambil menyiapkan perbekalan untuk besok paginya. Jadwal H-2 adalah main di Legoland :D Ternyata pertualangan pertama ke luar negeri ini tidak seribet di bayangan awal, semuanya berjalan cukup lancar. Apa mungkin karena Singapura ramah dengan turis ya? Entahlah, yang penting akhirnya paspor sudah ada stempel nya. Hampir aja si ayah minta stempel dari kelurahan biar paspornya ga kosong melompong :D @home110114

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun