Mohon tunggu...
Verlindraap
Verlindraap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya senang jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Kesehatan Mental Remaja

12 Juli 2024   15:46 Diperbarui: 12 Juli 2024   23:21 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental remaja merupakan isu yang sangat penting dalam kesehatan agregat komunitas. Remaja adalah masa transisi kritis dari anak-anak menuju dewasa yang melibatkan berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada periode ini, remaja sering menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka, seperti tekanan akademis, perubahan hormonal, hubungan sosial, dan ekspektasi dari orang tua dan masyarakat. Esai ini akan membahas berbagai aspek kesehatan mental remaja, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta pentingnya intervensi dan dukungan komunitas untuk memastikan kesejahteraan mental remaja.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan di mana individu menyadari kemampuan mereka sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka. Pada remaja, kesehatan mental mencakup kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari, seperti tekanan akademis, hubungan sosial, dan perubahan fisik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja:

  • Tekanan Akademis: Tekanan akademis adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan mental remaja. Studi menunjukkan bahwa beban akademis yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi pada remaja. Tekanan untuk berprestasi dan harapan yang tinggi dari orang tua dan guru dapat menambah beban emosional yang dirasakan oleh remaja.
  • Perubahan Hormonal: Perubahan hormonal selama masa pubertas dapat mempengaruhi emosi dan perilaku remaja. Fluktuasi hormon seperti estrogen dan testosteron dapat menyebabkan perubahan suasana hati, iritabilitas, dan kecemasan.
  • Hubungan Sosial: Hubungan dengan teman sebaya dan keluarga sangat penting bagi kesejahteraan mental remaja. Dukungan sosial yang kuat dapat membantu remaja mengatasi stres dan tekanan hidup. Sebaliknya, konflik dengan teman atau anggota keluarga dapat meningkatkan risiko gangguan mental.
  • Penggunaan Media Sosial: Penggunaan media sosial memiliki dampak yang kompleks terhadap kesehatan mental remaja. Di satu sisi, media sosial dapat menyediakan platform untuk bersosialisasi dan mendapatkan dukungan emosional. Di sisi lain, penggunaan berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan rendah diri akibat perbandingan sosial.

Dampak Gangguan Mental pada Remaja:

Gangguan mental pada remaja dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Remaja dengan gangguan mental sering mengalami kesulitan dalam prestasi akademis, hubungan sosial, dan kesehatan fisik. Selain itu, gangguan mental yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius di kemudian hari.

Prevalensi Gangguan Mental pada Remaja di Indonesia. Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 menemukan bahwa sekitar 6,1% remaja di Indonesia mengalami gangguan mental. Angka ini mencerminkan perlunya perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan mental remaja di Indonesia. Faktor-faktor seperti tekanan akademis, perubahan hormonal, dan hubungan sosial yang kurang baik menjadi penyebab utama gangguan mental pada remaja di Indonesia.

Untuk meningkatkan kesehatan mental remaja, diperlukan intervensi yang komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan:

  • Pendidikan Kesehatan Mental: Pendidikan kesehatan mental di sekolah dapat membantu remaja memahami pentingnya kesehatan mental dan cara mengatasi stres. Program pendidikan ini dapat mencakup sesi konseling, workshop, dan seminar tentang kesehatan mental.
  • Dukungan dari Keluarga: Keluarga memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental remaja. Orang tua perlu memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan rumah yang aman dan nyaman. Komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh remaja.
  • Pelayanan Kesehatan Mental: Akses terhadap pelayanan kesehatan mental yang berkualitas sangat penting bagi remaja yang mengalami gangguan mental. Layanan ini dapat mencakup konseling, terapi, dan dukungan medis dari profesional kesehatan mental.
  • Program Komunitas: Program komunitas yang mendukung kesehatan mental remaja dapat membantu mengurangi stigma terhadap gangguan mental dan menyediakan platform untuk mendapatkan dukungan. Program ini dapat mencakup kegiatan sosial, olahraga, dan grup dukungan.

Kesehatan mental remaja adalah aspek penting dari kesehatan agregat komunitas. Remaja menghadapi berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka, termasuk tekanan akademis, perubahan hormonal, dan hubungan sosial. Intervensi dan dukungan dari keluarga, sekolah, dan komunitas sangat penting untuk memastikan kesejahteraan mental remaja. Melalui pendidikan kesehatan mental, dukungan keluarga, pelayanan kesehatan mental, dan program komunitas, kita dapat membantu remaja mengatasi tantangan yang mereka hadapi dan mencapai kesejahteraan mental yang optimal.

Referensi:

World Health Organization. (2020). Mental health: strengthening our response. Retrieved from [WHO website] (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Santrock, J. W. (2019). Adolescence. New York: McGraw-Hill Education.

Smith, D. J., & Smith, S. M. (2018). The impact of academic pressure on students' mental health. Journal of Educational Psychology, 110(2), 246-259.

Brown, J., & Larson, R. (2017). Peer relationships in adolescence. In R. M. Lerner (Ed.), Handbook of Adolescent Psychology (pp. 74-103). New York: Wiley.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun