Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika "Ya Sudah! Mau Bagaimana Lagi?" Menjadi Tanggapan yang Dianggap Bijaksana

23 Mei 2021   16:59 Diperbarui: 23 Mei 2021   17:03 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasi sudah menjadi bubur. Mau gimana lagi? Ya sudah! Mau ditangisi seperti apa, mau dikejar sampai mana, mau ditunggu sampai kapan, mau dipertahankan sampai bagaimana kalau memang sudah terjadi mau apa lagi? Sesuatu yang telah terjadi tidak dapat dibenahi apapun upayanya. Kecewa? Tentu saja, hal itu tidak dapat dihindari. Ya, benar. Menyesal merupakan sikap manusiawi ketika kecewa mengenai sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi.

Sesuatu yang terlanjur dan sudah terjadi tidak dapat untuk dibenahi. Menerima kenyataan dan mengambil hikmah selalu menjadi pilihan terakhir yang dianggap sebagai pilihan bijak. Ya sudah! Mau bagaimana lagi?

Ya sudah! Mau bagaimana lagi? 

Meski demikian tidak sedikit sesuatu yang terjadi bukan hasil keputusan kita secara langsung. Terkadang apa yang kita alami ialah imbas dari perilaku orang lain. Inilah yang disebut kesialan. Kita sudah bersikap hati-hati, akan tetapi belum tentu dengan orang lain. Memang untuk beberapa hal, melibatkan diri terlalu lama dalam masalah hanya akan membuat lelah dan banyak berkorban. Pilihan sikap ini memang sedikit merugikan, terkesan menjadi tersangka yang melakukan kekeliruan, akan tetapi mengalah kadang kala menjadi jalan terbaik dalam mengakhiri suatu masalah.

Ya sudah! Mau bagaimana lagi? 

Terkesan datar namun ketika sudah tidak dapat memberi reaksi apapun, bahkan jika hanya diam saja sepertinya malah menekan, tanggapan demikian cukup memberi sugesti bahwa tidak apa-apa atau baik-baik saja. Dalam situasi kacau, tidak banyak orang yang mampu menanggapi dengan cara seperti itu karena telah larut dalam masalah. Bukannya sok kuat, tidak memberikan reaksi secara berlebihan kiranya lebih baik ketimbang terus menyalahkan keadaan sekarang serta mengutuk masa lalu.

Ya sudah! Mau bagaimana lagi?

Ketika segalanya menjadi embuh, semuanya ora nggenah, sama sekali sudah tidak peduli dengan apapun yang terjadi atau mungkin tidak mau tahu, lalu apa tanggapan ter-enaknya?

Ya wis! Arep kepiye maneh?

Bilang gitu sambil ngopi. Ah sedaaap ......

Tanggapannya demikian sederhana dan ringan, sekaligus meradang. Sisi gelap ialah terkesan meremehkan serta cuek dengan masalah berikut dengan cara penangannya, membuat kita lupa untuk belajar mengenai setiap hal yang terjadi di kehidupan.

Yang menjadi catatan ialah apa yang terjadi ialah hasil timbal balik dari yang telah kita perbuat. Hukum karma berlaku dimanapun dan kapanpun, guys! Suatu peristiwa pasti memiliki cerita masing-masing yang latar belakangnya bisa saja sangat panjang, mungkin pula tidak hanya melibatkan seorang individu.

Jadi berhati-hatilah dalam bertindak dan bersikap. Pikir ulang secara matang sebelum memutuskan sesuatu. Karena apa yang terjadi saat ini merupakan hasil dari yang kita putuskan di masa lalu dan mempengaruhi masa mendatang. Masa mendatang memang tetap bersih apapun masa lalunya, namun mengupayakan hal-hal terbaik di setiap kesempatan perlu untuk diutamakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun