Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Aku dan N Media Sosial

28 Februari 2020   10:52 Diperbarui: 28 Februari 2020   11:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermedia sosial sudah menjadi kebutuhan gaya hidup masa kini. Setiap gawai dapat dipastikan memiliki setidaknya satu aplikasi media sosial, sebagian besar individu memiliki dan atau menjadi pengguna aktif. Apalagi dengan beragamnya platform yang dapat dijadikan pilihan dalam menentukan aplikasi media sosial yang tepat untuk memenuhi kebutuhan, di antaranya seperti Facebook, Instagram, Twitter, LinkedIn dan lain sebagainya. 

Mau yang mana? Jika lebih suka konten dalam bentuk gambar dan video akan lebih tepat dengan menggunakan Instragram, jika lebih suka dalam bentuk teks yang dialogis lebih nyaman dengan Twitter, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk melakukan hal sebaliknya. Hanya saja setiap platform memiliki kecenderungan khusus yang disajikan melalui fitur yang disediakan.

 Semua platform media sosial membuka akses yang sama bagi semua orang. Siapapun dapat mengakses dan menjadi pengguna aktif. Ingin memakai aplikasi a sampai z, boleh! Ingin mempunyai sepuluh akun instagram, boleh! Apapun boleh! Namanya juga media sosial yang dibuat ujung-ujungnya untuk kepentingan profit, pasti tidak akan mengekang penggunanya. 

Kalau aturannya terlalu ketat, aplikasinya nggak laku dong. Ya, memang setiap platform memiliki aturan tertulis agar penggunanya menggunakan media sosial dengan bijak. Meski persetujuan aturan itu sudah dicentang nyatanya pelanggaran di media sosial terjadi di sana-sini, tidak dulu-tidak sekarang. Hadeeehhhh!

Akun, a-k-u-n. Aku & n? Di balik setiap akun terdapat keakuan individu pemiliknya. Bebas, bagaimana ia menggunakan akun media sosialnya. Mau jualan sampai hanya jadi tukang like boleh-boleh saja. Mungkin bagi sebagian orang memiliki akun utama tidak cukup. 

Banyak juga yang memilih untuk mempunyai akun kedua, ketiga atau akun fake yang digunakan untuk kepentingan yang lebih bersifat pribadi dan rahasia, stalking contohnya. Hahaha... Ada juga yang bersembunyi di akun dengan tidak pernah menunjukkan identitas aslinya agar lebih bebas dalam mengakses konten, komentar sana-sini, posting ini-itu.

Kali ini akan dibahas mengenai salah satu platform media sosial, Twitter. Media sosial berlogo burung dengan latar belakang warna biru ini cukup dikenal masyarakat Indonesia. Beberapa waktu terakhir, pengguna media sosial dari platform lain terlihat mulai aktif menggunakan Twitter. 

Media sosial satu ini dikenal dengan warganya yang suka menunjukkan sisi kemiskinannya, receh, kicauan inspiratif yang dapat dengan mudah menjadi topik menarik, berbagi cerita dengan bentuk thread, suka membahas sesuatu yang konyol dan unik. Twitter memiliki tingkat kecepatan penyebaran informasi yang tinggi, dengan demikian banyak orang menggunakan Twitter untuk mengetahui perkembangan berita terkini.

Jika di dunia nyata ada selebriti, instragram dengan selebgram-nya, di twitter ada selebtwit, yakni golongan orang-orang berpengaruh lewat konten yang dibagikan. Yang namanya berpengaruh pasti memiliki jumlah pengikut bejibun, topik yang diangkat mendapat respon dari banyak orang. 

Ya, tentu saja. Selebtwit juga berperan dalam penyebaran informasi. Jika suatu topik sudah dikicaukan oleh selebtwit maka tidak heran jika nanti akan menjadi trending pembicaraan. Kalau follower-nya cuma sedikit mah bisa apa? Paling-paling hanya menjadi tukang retweet, like, dan reply. Hahahahaa.....

Eh tapi jadi selebtwit juga berat lho. Tuntutan untuk menyajikan konten yang menarik itu pasti! Sama seperti orang terkenal pada umumnya, selebtwit juga harus pandai-pandai dalam menjaga sikap. Jangankan kena skandal, bikin kesalahan sedikit saja sudah menjadi bulan-bulanan netijen julid di negara +62 ini. 

Apalagi dengan kecepatan informasi yang menyebar di twitter bisa-bisa skandal itu masuk dalam daftar treding yang akhirnya semua orang akan semakin mudah untuk tahu. Masalah yang meledak seperti kasus selebtwit yang dikomen netizen hingga emaknya ikut turun tangan, menggunakan postingan orang lain untuk dijadikan konten, hingga orang-orang yang ngaku kuliah di Jerman padahal nyatanya aupair. 

Jika sudah terkenal karena skandal nanti ada-ada saja orang yang mengenal si pelaku akan spill sesuatu yang bikin suasana makin tidak terkendali. Akhirnya akun-akun itu tumbang, menghilang dari peredaran. Dengan sendirinya akan ada reboisasi alias dunia sosial media selalu ada lagi-ada lagi, ada-ada saja. Posting-viral, skandal-viral!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun