[Ayah nanti aku dimandiin yang bersih ya...]
Hari ini dia nyleneh! Aku heran. Dia tiba-tiba pindah tempat duduk dan meninggalkanku duduk sendirian. Senyumnya aneh. Sepanjang hari hal itu terus membuatku selalu bertanya apa yang ia lakukan. Bahkan selama pelajaran tadi ia hanya diam. Guru yang biasa mengandalkannya juga heran. Ada apa dengan Aendri? Ditanya diam tapi kalau melihat temannya menjawab salah dia marah-marah.
"I was made many noodle," jawabku gugup. Aku memang bodoh paling bodoh di kelas. Jari-jariku gemetaran ketika pertanyaan itu dilempar kepadaku.
"Heh! Belajar nggak kamu? Otak kamu seperti batu. Menggumpal! Mikir! Dari SD belajar bahasa Inggris tetap saja kamu bodoh. Keledai!!!"
Telingaku berdenging mendengar Aendri mengumpat. Mataku melotot. Seakan otot-otot mataku serupa dengan mata bekicot yang menjulur. Mataku mengamati raut muka Aendri yang semakin kusut.
Muka yang selalu memiliki satu jerawat itu mendekati mataku. Aku memejamkan mataku. Duk! Kakiku diinjak Aendri. Aku mengaduh kesakitan. Aendri hanya memandangku sekilas kemudian dengan sadisnya pergi keluar.
"Dia kenapa?" tanya Rana yang memperhatikanku sejak tadi.
Aku mengangkat bahu tinggi-tinggi. Rana dan teman-teman lainnya bergidik melihat bulu ketekku yang semakin keriting dan kaku. Aku cuek saja seraya melihat keringat bergelantungan di bulu itu. Kukibaskan ke lantai hingga terlihat percikan-percikan air bercipratan dari ketekku. Aku tersenyum bangga. Ini bukan kali pertama membuat beberapa orang yakin kalau aku memang jorok.
"Ah masa bodoh deh sama kalian. Ya inilah aku seperti ini adanya."
Aku berdiri dan berjalan tertatih-tatih. Kakiku terasa perih diinjak Aendri tadi. Kubuka sepatuku pelan-pelan. Mataku seperti bekicot lagi melihat kakiku memar membentuk motif batik alas sepatu Aendri.
"Sial! Mentang-mentang anak pengusaha batik terus mau bikin batik cap di kaki temannya? Dasar gila! Sekalian sana behel giginya motif batik!!"