Misalnya, ketika anak yang berusia 2 tahun bertekad mengenakan sepatu sendiri tetapi belum berhasil, Moms and Dads bisa mengatakan, "Anak pintar, sudah mau berusaha keras untuk memakai sepatu sendiri. Sini Mommy kasih tahu caranya, supaya nanti bisa mengikat tali sepatunya sendiri, ya."
Namun kalimat pujian di atas sudah tidak perlu dikatakan kepada anak usia 5 tahun, karena sudah sepatutnya mereka mampu melakukannya sendiri.
3. Fokus pada proses, bukan hasil
Anak-anak yang mendapat pujian atas usahanya biasanya akan lebih ulet dan gigih untuk selalu mencoba demi keberhasilan. Jadi, penting bagi Moms and Dads untuk fokus pada prosesnya daripada hasilnya.Â
Misalnya, anak berkemauan untuk membantu Moms and Dads mengepel lantai. Biarpun lantai malah menjadi becek, Moms and Dads jangan marah, ya! Kalau pun gemes sedikit, tahan saja. Pokoknya jangan menciutkan nyali anak. Jadi, Moms and Dads bisa katakan, "Anak Mommy hebat, ya! Sudah mau membantu Mommy mengepel lantai. Nanti lama-kelamaan pasti bisa kayak Mommy ngepelnya, jadi tidak terlalu becek."Â
Saya rasa, tidak masalah membiarkan anak gagal untuk beberapa kali. Karena kegagalan tersebut membuat anak belajar menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang dewasa.Â
4. Tidak perlu menunggu anak meraih prestasi besar
Memuji anak tidak harus menunggu saat anak meraih prestasi besar. Perubahan-perubahan kecil pada anak yang mereka lakukan dengan usaha penuh, juga patut untuk dihargai.Â
Misalnya, ketika anak sudah bisa makan sendiri atau anak menata buku sesuai jadwal pelajaran sendiri tanpa diminta. Moms and Dads bisa mengatakan, "Anak hebat, sudah berhasil makan sendiri tanpa sisa. Terima kasih sudah membuat Mommy and Daddy senang."
5. Hindari memuji secara berlebihan
Ada satu hal yang perlu diperhatikan ya, Moms and Dads! Pelit memberi pujian kepada anak itu tidak baik. Tetapi jika terlalu berlebih dalam memberi pujian, maka akan kehilangan kepercayaan dari anak. Terutama jika Moms and Dads menggunakan kalimat yang terlalu hiperbola. Misalnya :Â