"Akil, anak pintar kamu! Nampaknya kamu sudah mencari buah-buahan dan minum. Ayo berikan minum dan makan kepada anak musang ini. Anak musang ini terlalu banyak menghirup karbondioksida. Perlahan-lahan saja kamu menyuapi ya! Aku akan ke lahan jati lagi, mencari yang membutuhkan pertolongan!" kata Pak Elang yang kemudian langsung terbang tanpa persetujuan Akil.
Akil kemudian melakukan apa yang diperintahkan Pak Elang tadi. Tanpa bertanya apapun, karena Akil mengetahui jika anak musang tersebut sedang lemas.
"Terimakasih kelinci yang baik," kata anak musang tersebut dengan suara yang pelan.
"Sama-sama. Kamu mau makan apa lagi?" tanya Akil selanjutnya.
"Aku belum mau makan. Aku mau tidur," jawab anak musang kemudian.
"Kamu harus makan. Supaya kamu tidak sakit. Ayo, aku suapi. Buah naga ya, yang lunak dan sangat mudah dimakan," Akil pun tetap berusaha merayu anak musang untuk tetap makan.
Anak musang tersebut hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Setelah selesai makan buah naga, anak musang tersebut tidur dengan nyenyak. Tetapi tubuhnya sedikit hangat.
Kemudian, Pak Elang datang kembali membawa seekor burung merpati dewasa. Tampaknya lebih lemah daripada anak musang.
"Akil, lakukan hal yang sama dengan anak musang tadi untuk burung merpati ini!" perintah Pak Elang kemudian.
"Paman! Silahkan Paman minum dulu. Aku sudah menyiapkan. Paman pasti lelah. Dan sedikit makan buah. Tenaga Paman harus tetap kuat untuk menolong mereka yang masih terjebak api di lahan jati yang terbakar itu!" kata Akil kepada Pak Elang, dan Pak Elang pun menurutinya.
Dengan tergesa-gesa Pak Elang makan dan minum. Karena kebakaran lahan jati tersebut semakin merambat luas. Pohon jati meranggas saat musim kemarau, sehingga daun-daun pohon jati yang jatuh mengering tersebut sangat mudah terbakar dan susah dipadamkan.
Bersambung...Â
Ditulis oleh Lina WH